Fatwapedia.com – Setelah diombang-ambing ombak di tengah lautan selama satu bulan, Tamim bin Aus ad-Dari radhiyallahu ‘anhu bersama tiga puluh orang dari Kabilah Lakhm dan Judzam terdampar di sebuah pulau yang berada di tengah-tengah lautan, di saat matahari tenggelam. Setelah duduk-duduk di dekat perahu-perahu mereka, mereka memasuki pulau tersebut. Makhluk yang sangat aneh memghampiri mereka. Rambutnya sangat lebat lagi kaku, sehingga mereka tidak bisa membedakan antara qubul (kemaluan bagian depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang). Dia adalah al-Jassasah. Demikian pengakuan binatang tersebut kepada rombongan Tamim ad-Dari yang saat itu masih menganut agama Nashrani.
Al-Jassasah segera memerintahkan mereka untuk menemui seorang lelaki yang berada di suatu rumah ibadah. “Wahai kaum, datangilah lelaki yang berada di rumah ibadah itu! Sesungguhnya dia merindukan berita-berita kalian,” kata al-Jassasah. Tamim pun khawatir ketika al-Jassasah menyebutkan seorang lelaki, jangan-jangan binatang tadi adalah setan. Rombongan bergerak dengan cepat untuk menemui lelaki yang berada di rumah ibadah kaum Nashrani yang diisyaratkan oleh al-Jassasah.
“Sungguh kami melihat lelaki yang paling besar dan paling kuat ikatannya yang selama ini kami lihat,” ujar Tamim ad-Dari radhiyallahu ‘anhu. Kedua tangannya dibelenggu di lehernya, antara kedua lututnya dan kedua mata kakinya terikat dengan besi. Kami pun mengatakan, “Celaka engkau! Siapa kamu?”, kata Tamim. “Kalian telah mengetahui keadaanku, maka kabarkan kepadaku bagaimana kabar kalian,” jawab si lelaki tadi. Tamim bercerita tentang peristiwa yang telah mereka alami. Maka terjadilah dialog antara Tamim beserta rombongannya dengan lelaki tadi.
Akhi fillah barakallah fikum, tahukah Anda siapakah lelaki tersebut? Simaklah pengakuan lelaki tersebut, “Sungguh aku kabarkan kepada kalian bahwa aku adalah al-Masih”. “Hampir-hampir aku diizinkan untuk keluar sehingga aku keluar dan berjalan mengelilingi bumi ini. Aku tidak akan meninggalkan satu negeri pun melainkan aku turun padanya selama empat puluh hari,” kata lelaki tadi. Namun dia memperkecualikan, “Kecuali Makkah dan Madinah, keduanya diharamkan bagiku untuk masuk ke dalamnya.” Mengapa demikian? Dia menambahkan, “Setiap aku hendak memasuki salah satu dari keduanya, seorang malaikat dengan pedang terhunus di tangannya menghampiri dan menghalangiku untuk memasukinya. Sungguh di setiap celah kota tersebut, ada para malaikat yang menjaga negeri tersebut.” Kejadian tersebut disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para shahabatnya. Lihat kisah lengkapnya pada Shahih Muslim pada kitab al-Fitan waasyratis Sa’ah, bab Dzikr Ibnu Shayyad.
Masihud Dhalalah Ad Dajjal
Tahukah Anda siapa yang dimaksud dengan al-Masih tadi? Dalam bahasa Arab, al-Masih mengandung dua makna yang bertolak belakang.
Pertama, ash-Shiddiq yang bermakna orang yang senantiasa jujur. Sehingga dari sini, kita mengenal al-Masih Isa bin Maryam ‘alaihis salam yang diangkat oleh Allah subhanahu wa taala ke langit dan akan turun ke muka bumi menjelang hari kiamat. Isa Masihul Huda, dengan izin Allah mampu menyembuhkan orang yang bisu dan belang, serta menghidupkan orang yang telah mati.
Yang kedua, adh-Dhillil al-Kadzdzab yang berarti orang yang sangat tersesat lagi pendusta. Itulah al-Masih ad-Dajjal. Masihudh Dhalalah ad-Dajjal, orang yang menutup kebenaran dengan kebatilan, menutup kekufurannya di hadapan manusia dengan kedustaan yang ia miliki serta tipu daya muslihat yang ia kerahkan. Allah subhanahu wa taala menjadikannya sebagai ujian dan cobaan bagi umat manusia karena Allah berikan keajaiban-keajaiban seperti menurunkan air hujan, menghidupkan bumi dengan berbagai macam tanaman, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud dengan al-Masih pada hadis Tamim tersebut, Dajjal akbar si pendusta besar yang buta mata sebelah.
Al Quran Dan Dajjal
Allah subhanahu wa taala menyebutkan di dalam Al Quran akan turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam di akhir zaman. Ini merupakan isyarat akan keberadaan Dajjal, karena Nabi Isa lah yang akan membunuh Dajjal. Allah subhanahu wa taala berfirman yang artinya, “Tidak ada seorang pun dari ahli Kitab (yang lurus agamanya), kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” [Q.S. An-Nisa: 159].
Secara tersirat, Allah subhanahu wa taala menyebutkan makhluk yang jahat ini. Allah berfirman (yang artinya), “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Rabbmu atau kedatangan beberapa ayat Rabbmu. Pada hari datangnya ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).’” [Q.S. Al-An’am: 158]. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Tiga hal, jika telah keluar, tiada manfaat keimanan bagi jiwa yang tidak beriman atau berbuat kebaikan sebelumnya; matahari terbit di arah terbenamnya (barat), ad-Dajjal, dan ad-Dabbah (hewan melata).” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Allah subhanahu wa taala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Q.S. Ghafir: 57]. Abul ‘Aliyah rahimahullah berkata, “Yakni penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan Dajjal ketika diagungkan oleh orang Yahudi.” Ucapan ini disebutkan di dalam Tafsir al-Qurthubi.
Demikianlah, Allah tidak menyebutkan namanya di dalam Al Quran sebagai bentuk penghinaan kepadanya yang mengklaim sebagai Tuhan, padahal dia hanyalah makhluk yang hina. Sekaligus sebagai ujian bagi umat manusia di akhir zaman ini, siapa yang kokoh keimanannya dan siapa yang akan terseret oleh fitnah Dajjal. Berbeda halnya dengan Fir’aun, Allah subhanahu wa taala sebutkan secara jelas di dalam Al Quran sebagai pelajaran bagi umat manusia.
Sifat-sifat Dajjal Akbar
Siapa saja yang tidak kenal kejelekan dan kesesatan, sungguh dikhawatirkan akan terjatuh pada kejelekan tersebut. Kata pepatah Arab,
عَرَفۡتُ الشَّرَّ لَا لِشَرِّهِ وَلَكِنۡ لِتَوَقِّيهِ وَمَنۡ لَا يَعۡرِفِ الشَّرَّ مِنَ الۡخَيۡرِ يَقَعۡ فِيهِ
“Aku kenali kejelekan bukan untuk aku kerjakan kejelekan tersebut, namun agar aku terlindungi darinya. Siapa saja yang tidak mengenal (perbedaan) kejelekan dan kebaikan, sangat dikhawatirkan dirinya terjatuh pada kejelekan tersebut.”
Dajjal bukanlah khayalan, bukan pula sulap. Dajjal benar-benar ada. Iya, mari kita kenali siapakah Dajjal tersebut, sehingga kita terjaga dari kejelekannya dengan izin Allah subhanahu wa taala.
Dia adalah seorang pemuda, lelaki yang berkulit merah, rambutnya keriting, dan buta matanya pada sebelah kanan, serta ada daging yang tumbuh di matanya sebelah kiri. Dahi dan lehernya lebar, serta tubuhnya pendek. Dajjal akbar tidak memiliki keturunan.
Bahkan ada tanda khusus yang tidak bisa dikenali oleh setiap orang. Hanya orang muslim yang akan mengenali ciri-ciri ini. Tertera di antara dua matanya tulisan ك ف ر yang bermakna kafir. Setiap muslim mampu membaca tulisan tersebut, baik dia katib (yang bisa membaca tulisan) maupun ghairu katib atau ummi (yang tidak bisa membaca tulisan). Ini adalah keistimewaan yang Allah subhanahu wa taala berikan kepada orang mukmin. Sekaligus ini sebagai bukti kekafiran, kedustaan, serta kebatilan Dajjal tersebut. Allah sembunyikan tanda tersebut bagi orang yang Allah tetapkan dirinya sebagai orang yang celaka dan terfitnah oleh Dajjal, na’udzu billah min dzalik.
Sifat-sifat tersebut disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadis-hadis shahih yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan Muslim serta selain keduanya dari sekian banyak sahabat yang adil lagi terpercaya. Sifat-sifat tersebut dikabarkan, agar umat ini selamat darinya.
Tempat Keluar Dajjal Dan Pengikutnya
Dia akan keluar dari arah Timur tepatnya di Khurasan, suatu kawasan yang sangat luas yang mencakup beberapa negara meliputi Naisabur, Harrah, Balkh, dan sekitarnya selain Sungai Jihun. Dia keluar dari bangsa Yahudi Ashbahan dan diiringi oleh 70.000 orang Yahudi. Mayoritas yang mengikutinya adalah orang-orang Arab badui karena jauhnya mereka dari ilmu. Juga kaum wanita, karena mereka mudah terpengaruh oleh Dajjal dan keumuman mereka jahil akan ilmu agama. Pengikut Dajjal banyak sekali karena kedahsyatan ujiannya, tidak ada yang selamat kecuali sedikit dari kalangan kaum muslimin. Demikianlah ketetapan Allah subhanahu wa taala bagi makhluk-Nya, tak sedikit tokoh kejelekan dan kejahatan diikuti oleh banyak orang. Tak luput gembong sang pendusta ini, Masihud Dajjal.
Cobaan Yang Dimunculkan
Begitu besar ujian dan cobaan yang didatangkan oleh Dajjal kepada umat manusia. Bahkan godaannya merupakan godaan yang paling besar sejak zaman Nabi Adam hingga hari kiamat. Keajaiban dan keanehan, Allah berikan kepadanya di luar akal manusia. Masihud Dajjal memiliki dua sungai, sungai air putih dan sungai api yang menyala-nyala. Siapa saja yang mendapati hal tersebut, hendaklah dia memasuki sungai yang tampak seperti api sambil memejamkan mata dan menundukkan kepalanya, lalu meminumnya karena sesungguhnya itu adalah air yang segar. Demikian bimbingan Nabi kita pada hadis Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim.
Dia mampu melintasi bumi ini dengan sangat cepat bagaikan air hujan yang ditiup angin. Dajjal mengajak suatu kaum hingga mereka membenarkan dan mengikuti ajakannya. Masihudh Dhalal (Yang membawa kedustaan) ini memerintahkan awan hingga air hujanpun turun dan memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tanaman, keluarlah tanaman tersebut. Bahkan dengan izin Allah, dia bisa menghidupkan dan mematikan.
Agar Terjaga Dari Godaannya
Sungguh kasih sayang dan kecintaan Nabi kita sangat besar kepada umatnya. Tak ada satu kebaikan melainkan beliau tunjukkan kepada umatnya. Tak ada satu kejelekan melainkan beliau peringatkan umatnya. Berikut ini bimbingan Nabi kita yang mulia kepada umat manusia agar selamat dari fitnah Masihud Dajjal:
1. Berpegang teguh dengan agama Islam yang sebenarnya. Terlebih lagi mengenal dan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah yang sempurna karena makhluk yang rendah ini mengaku sebagai Tuhan.
2. Berlindung kepada Allah subhanahu wa taala dari godaan Dajjal terlebih ketika shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang bertasyahhud dalam salat untuk berlindung dari cobaan Dajjal (yang artinya), “Jika salah seorang di antara kalian bertasyahhud, berlindunglah dari empat perkara: … Dan berlindunglah dari kejelekan fitnah al-Masih ad-Dajjal.” [H.R. Muslim].
Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berdoa ketika salat,
اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksaan kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari cobaan al-Masih ad-Dajjal…” [Muttafaqun ‘alaih]
3. Menghafal sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi. An-Nawwas bin Sam’an ath-Thawil radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang bertemu dengan Dajjal, bacakan kepadanya awal-awal surat al-Kahfi.” [H.R. Muslim]. Hal ini beliau tegaskan pada hadis Abu Darda radhiyallahu ‘anhu. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata (yang artinya), “Siapa saja yang menghafal sepuluh ayat pada awal surat al-Kahfi, dia akan terjaga dari fitnah Dajjal.” [H.R. Muslim].
Oleh karena itu, seyogyanya bagi setiap muslim untuk bersemangat dalam membaca surat ini, menghafal, dan mengulang-ulanginya, terlebih lagi pada hari terbaik, yakni Hari Jum’at.
4. Berlari dan menjauh dari Dajjal, juga bagian penting dalam usaha menyelamatkan diri dari fitnah Dajjal tersebut. Seorang muslim menjauh dari si pendusta ini karena syubhat (kerancuan dalam agama) dan keajaiban yang ia datangkan dengan izin Allah untuk menguji umat manusia. Sungguh ada seorang hamba yang merasa yakin akan keimanan dan kekokohannya, dia pun mendatangi Dajjal, namun akhirnya mengikuti Dajjal. Kita memohon kepada Allah subhanahu wa taala agar melindungi seluruh kaum muslimin dari fitnah Dajjal.
5. Lebih daripada itu, tinggal di Makkah dan Madinah merupakan salah satu solusi untuk terhindar dari fitnah Dajjal. Namun hal tersebut tidak bermanfaat kecuali bagi kaum muslimin. Adapun kaum munafikin dan orang-orang kafir, mereka akan dikeluarkan dari kedua tanah haram tersebut.
Kebinasaan Dajjal
Kedatangan Dajjal merupakan pertanda dekatnya hari kiamat. Dia tinggal di muka bumi selama empat puluh hari. Sehari bagaikan setahun, sehari kedua bagaikan sebulan, dan sehari ketiga bagaikan se-Jum’at, tujuh hari. Adapun sisanya 37 hari, sebagaimana hari-hari biasa. Seluruh penjuru dunia dimasuki oleh Dajjal kecuali Makkah dan Madinah karena para malaikat menjaga kedua negeri tersebut. Masjid ath-Thur dan Masjidil Aqsha juga tidak dia masuki. Sebagaimana yang dituturkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika Nabi Isa ‘alaihis salam turun di Menara Timur, hamba-hamba Allah yang beriman mengelilinginya. Di saat itu, Dajjal menuju arah Baitu Maqdis. Nabi Isa ‘alaihis salam beserta kaum muslimin berjalan dan mengejar Dajjal di dekat pintu Lud, suatu negeri dekat Baitul Maqdis. Jika Dajjal melihat Nabi Isa ‘alaihis salam, dia meleleh bagaikan lelehan garam. Allahu Akbar. Nabi Isa ‘alaihis salam pun menyeru kepada Dajjal, “Sungguh aku memiliki satu pukulan untukmu. Engkau tidak akan lolos dariku.”
Isa bin Maryam ‘alaihis salam berhasil menguasai Dajjal laknatullah ‘alaih dan membunuhnya. Bala tentara Dajjal pun kocar-kacir dan dikejar oleh kaum muslimin. Hingga kaum muslimin berhasil mengikuti dan membunuh mereka. Sampai-sampai pohon dan batu berbicara, “Wahai muslim… wahai hamba Allah… ini orang Yahudi di belakangku. Kemarilah… bunuh dia!” Subhanallah. Kecuali pohon al-Gharqad, karena pohon tersebut adalah pohon kaum Yahudi. Dengan terbunuhnya Dajjal, berhentilah fitnahnya yang sangat besar tersebut. Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman dari kejelekannya dan para pengikutnya. Walhamdulillah. [Dikutip dari kitab Asyrathus Sa’ah dengan penyesuaian].
Sumber: Majalah Qudwah edisi 31 vol. 3 1436 H/ 2015 M rubrik Masa Depan. Pemateri: Ustadz Abu Bakar Al Jombangi.