Fikroh.com – Sebuah film pendek dengan durasi 17 menit yang berjudul “Fitna” dipublikasikan di Internet pada tahun 2008. Film tersebut membahas hal-hal buruk tentang Islam. Di Film tersebut Islam digambarkan sebagai agama yang mempromosikan tentang kekerasan dan terorisme. Beberapa ayat di dalam Al-Quran sengaja dipilih untuk menghubung-hubungkan Islam dengan kekerasan. Pada bagian lain bahkan Nabi Muhammad SAW digambarkan sedang menaruh bom di atas kepalanya.
Film tersebut mengundang reaksi keras dari Muslim dan aktivis anti-rasialisme di berbagai belahan penjuru dunia. Di Belanda sendiri -yang merupakan tempat di mana film itu diproduksi- sekitar seribu orang turun ke jalan untuk memprotes. “Kami tidak bisa lagi diam. Ada iklim kebencian dan ketakutan di Belanda,” kata Rene Danen, juru bicara organisasi anti-rasisme Nederland Bekent Kleur, yang menyelenggarakan demonstrasi tersebut.
Film tersebut dibuat dan diproduseri oleh Arnoud Van Doorn, seorang politisi sayap kanan Belanda yang tergabung dalam Partai Kebebasan Belanda (Dutch Freedom Party/PVV) yang dipimpin oleh Geert Wilders. Wilders mengatatakan, “Ideologi Islam memiliki tujuan utama penghancuran apa yang paling kita sayangi, yaitu kebebasan kita,” tulisnya di De Volkskrant, sebuah media di Belanda.
Arnoud Dapat Hidayah
Jika ALLAH berkehendak memberi petunjuk, siapa yang akan mampu menolaknya? Begitu juga apa yang terjadi pada sosok pembenci islam yang satu ini.
Lima tahun berlalu semenjak film fitna dibuat, Arnoud dapat hidayah. Tepatnya pada tanggal 27 Februari 2013, secara tak terduga Arnoud Van Doorn melalui akun twitternya menyatakan bahwa dirinya telah masuk Islam.
“Ketika mengunjungi makam Nabi Muhammad di Madinah, saya shalat dan memohon maaf karena menjadi bagian dari film ‘Fitna’ yang menghujat Islam dan Rasulullah.
Saya juga berniat membuat film internasional untuk mengkampanyekan Islam sebagai agama kasih. Saya akan mencoba yang terbaik, untuk memperbaiki dampak buruk dari apa yang saya lakukan terhadap Islam dan Nabi melalui film ‘Fitna’ dulu,” ungkap Arnoud Van Doorn salah satu di antara para petinggi Partai Kebebasan PVV Belanda yang memproduksi film ‘Fitna’.
Arnoud melanjutkan, “Film tersebut menuai kecaman di berbagai belahan dunia. Kemarahan umat Muslim dunia yang mengutuk film itu memaksa saya untuk mempelajari Islam. Seorang teman kemudian membuatkan jadwal untuk saya berkunjung ke Masjid Hague. Saya terkejut, saya tidak akan pernah berkunjung ke tempat orang-orang jahat itu. Tapi teman tersebut meyakinkan bahwa dia penjamin keselamatan saya.”
Arnoud, meskipun merasa tidak nyaman dengan rencana mengunjungi masjid tersebut, akhirnya tetap menyanggupi ajakan temannya. Dia berpikir berada di masjid adalah kebodohan terbesar baginya sebab itu sama seperti mempertaruhkan keselamatannya. Dalam pandangannya Islam benar-benar sebuah ancaman.
“Baiklah, saya akan ke sana, tak lebih dari 5 menit maka saya akan pulang. Tapi ternyata, rencana 5 menit itu menjadi 2,5 jam. Saya dilanda kebingungan luar biasa. Bagaimana bisa orang-orang yang begitu baik, ramah dan hangat disebut penjahat? Bagaimana bisa agama yang begitu indah disebut teroris dan dianggap berbahaya? Saya seperti orang kehilangan arah,” begitu komentar Arnoud sepulang dari masjid Hague, setelah berdialog panjang lebar di masjid tersebut.
“Saya pun membaca berbagai literatur tentang Islam. Makin lama saya makin hanyut dalam indahnya Islam. Saya ketakutan dan berusaha menjauh. Saya khawatir agama ini mengubah hidup saya. Namun semakin saya menarik diri menjauh, tetap saja kemudian saya kembali, berdialog dengan orang Islam. Semakin saya mengenal Islam semakin saya tak percaya Muslim itu jahat. Kalaupun ada orang Islam yang jahat maka itu adalah Muslim yang keluar dari jalur Islam. Panutan kita adalah Muhammad, dialah sebaik-baik Muslim,” jelas Arnoud panjang lebar.
Hingga akhirnya Arnoud memutuskan memeluk Islam dengan segenap kesadarannya. Sebagai penasehat Pemerintah Kota Den Haag, Arnoud mengonfirmasi pilihannya menjadi Muslim dalam surat resmi yang ditujukan pada walikota. Ada yang mengira ia bercanda.
“Namun setelah tahu saya serius, reaksi orang ada yang mengecam namun tak sedikit yang mendukung. Saya bukanlah orang yang melakukan sesuatu tanpa pertimbangan mendalam. Dan saat putra saya kemudian menyusul masuk Islam, saya menangis. Karena dia juga sangat anti Islam sebelumnya.”
Rupanya diam-diam putra Arnoud yang sudah dewasa itu mengamati perubahan ayahnya sejak memeluk Islam. Ayahnya terlihat jauh lebih tenang, lebih bahagia dan lebih bisa mengendalikan emosinya. Ia pun berusaha mengenal Islam lebih jauh.
“Saya jadi saksi, air muka putra saya langsung berubah, wajahnya tampak bahagia, lega dan tenang setelah mengucapkan syahadat,” pungkas Arnoud dengan raut penuh syukur.
Begitulah sekelumit kisah masuk Islamnya orang yang sebelumnya sangat membenci Islam. ALLAH Maha pembolak-balik hati manusia. Yaa muqallibal qulub, tetapkanlah hati kami atas agamaMU dan atas mentaatiMU.