Kisah Nabi Yusya (Yosua) dalam Al-Quran

Kisah Nabi Yusya (Yosua) dalam Al-Quran

Fatwapedia.com – Dalam kitab suci Alquran, keberadaan Sosok Nabi Yusya disebut dalam Firman Allah SWT yang berbunyi:

“Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘Serbulah mereka melalui pintu gerbang itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (Al-Ma’idah (5): 23)

“Sesudah Musa hamba Tuhan itu mati, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian, ‘Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.’ (Yosua 1: 1-2)

Al-Qur’an (kitab suci Islam) tidak menyebutkan nama Yusya’, tapi keberadaannya disebutkan dalam Surah Al-Ma’idah (5): 23 dan Al-Kahfi (18): 60-65. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Yusya’ (disebut Yosua dalam Yahudi dan Kristen) disebutkan dalam Kitab Keluaran (Syemot), Imamat (Wayiqra), Bilangan (Bemidbar), Ulangan (Devarim), dan Yosua (Yehosyua). Selain kitab suci, keterangan mengenai Yusya’ juga terdapat dalam riwayat hadits.

Yusya’ bin Nūn (bahasa Arab: یوشع بن نون‎), disebut Yosua (bahasa Ibrani: יְהוֹשֻׁעַ Yehosyuaʿ) dalam Yahudi dan Kristen, adalah tokoh dalam Al-Qur’an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah murid Musa dan sosok yang mewarisi kepemimpinannya atas Bani Israil sepeninggalnya. Yusya’ dikenal sebagai tokoh yang memimpin Bani Israil memasuki Palestina atau yang disebut Tanah Kanaan.

Yosua dilahirkan di Mesir sebelum bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir disaat Bani Israel masih dibawah tekanan Firaun. Yusya’ juga merupakan salah satu nabi dari kalangan Bani Israil. Alkitab menyebutkan Yusya’ berasal dari suku Efraim bin Yusuf. Nama aslinya adalah Hosea, tetapi Musa menamainya Yehosyua (Bilangan 13:16) yang menjadi nama umum yang dia pakai. Disebutkan juga Silsilah beliau dalam Alkitab adalah Yusya’ bin Nun bin Elisama bin Amihud bin Ladan bin Tahan bin Telah bin Resef bin Refah bin Efraim bin Yusuf bin Ya’qub. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa silsilahnya adalah Yusya’ bin Nun bin Efraim bin Yusuf.

Sebelumnya ia adalah pembantu Musa dan menjadi salah satu dari 12 pengintai yang dikirim Musa untuk melihat tanah Kanaan (Bilangan 13). Sebagai pembantu Musa, Yusya’ juga kerap disebutkan mendampingi Musa dalam beberapa kesempatan. Alkitab menyebutkan bahwa Yusya’ membersamai Musa pergi ke Gunung Sinai, tapi tidak ikut naik ke atas. Al-Qur’an menyebutkan bahwa saat mencari Khidir, Musa juga didampingi pembantunya. Tidak disebutkan namanya, tetapi para ulama menafsirkan bahwa pembantu yang dimaksud adalah Yusya’. Musa dan Yusya’ berusaha mencari Khidir di pertemuan dua laut. Saat sedang beristirahat, ikan yang menjadi bekal mereka kembali hidup dan melompat mengambil jalan ke laut. Saat mereka sudah cukup jauh melanjutkan perjalanan, Musa meminta bekalnya pada Yusya’ dan barulah Yusya’ yang tadi lupa kemudian menceritakan mengenai ikan tersebut. Akhirnya mereka kembali ke tempat ikan tersebut pergi dan di sana mereka bertemu Khidir.

Awal bagaimana Nabi Yusya menjadi seorang yang mengabdi dan menjadi Pembantu Musa berdasarkan Pada peristiwa Perang dengan Amalek, Alkitab menyebutkan bahwa setelah menyeberang laut dan sampai di suatu tempat bernama Rafidim, rombongan Bani Israil diserang bangsa Amalek. Musa kemudian memerintahkan Yusya’ bin Nun untuk memilih beberapa orang dan bertarung melawan Amalek. Bersama Harun dan Hur, Musa naik ke atas bukit. Saat Musa mengangkat tangannya, Bani Israil menang, tetapi saat menurunkan tangan, Amalek yang menang. Saat Musa kelelahan, Harun dan Hur mengambil batu untuk Musa duduk dan mereka berdua menopang tangan Musa sampai matahari terbenam. Pasukan Yusya’ akhirnya berhasil mengalahkan Amalek. Dalil tentang keberadaan perang Amalek ini di sebut dalam beberapa kitab terdahulu diantaranya:

Nama Yosua pertama kali disebut di Alkitab dalam Kitab Keluaran pasal 17. Ketika bangsa Israel masih dalam perjalanan dari Laut Merah ke gunung Sinai, datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa memilih Yosua sebagai pemimpin dan berkata kepadanya: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit.

Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga ‘Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.” Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah (bahasa Ibrani: מִזְבֵּחַ; miz’Bëªkh) dan menamainya: “Tuhanlah panji-panjiku!” (bahasa Ibrani: יְהוָה נִסִּי; Y’HWäH niŠiy; “Yahweh Nisi”) Ia berkata: “Tangan di atas panji-panji TUHAN!(=Yahweh telah bersumpah) TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun.”

Ketika Bangsa Israel berupaya untuk Memasuki Palestina, Al-Qur’an menjelaskan bahwa Musa memerintahkan Bani Israel untuk masuk ke negeri yang telah ditentukan Allah untuk mereka. Namun mereka tidak mau memasukinya dengan alasan penduduk di sana sangat kuat dan kejam. Dua orang di antara Bani Israil berusaha meyakinkan yang lain bahwa mereka akan memperoleh kemenangan melawan penduduk negeri tersebut. Ahli tafsir menyebutkan bahwa Yusya’ adalah salah satu dari dua orang yang disebut dalam Al-Qur’an tersebut. Meski demikian, tetap saja Bani Israil yang lain tidak tergerak. Puncaknya, mereka justru meminta Allah dan Musa berperang sendiri melawan penduduk tersebut, sementara mereka akan menanti. Maka Allah mengharamkan negeri itu pada Bani Israel selama empat puluh tahun dan selama itu, mereka akan berputar-putar kebingungan di muka bumi.

Alkitab menjelaskan bahwa Musa mengutus dua belas orang pengintai untuk meninjau tanah Kanaan (Palestina). Setelah kembali, mereka melaporkan bahwa negeri itu memiliki susu dan madu yang melimpah, juga bangsa yang tinggal di sana sangat kuat dan tinggal di kota besar berbenteng. Sepuluh pengintai di antara mereka menyebutkan bahwa Bani Israil tidak akan mampu melawan bangsa tersebut, menyebarkan cerita bohong bahwa penduduk negeri itu adalah penduduk negeri tersebut seperti raksasa sehingga mustahil untuk direbut. 

Laporan tersebut menjadikan Bani Israil mengeluh dan marah, bahkan mereka hendak mengangkat seorang pemimpin baru dan kembali ke Mesir. Dua di antara pengintai tersebut, Yusya’ bin Nun dan Kaleb bin Yefune dari suku Yehuda berusaha keras meyakinkan Bani Israil yang lain bahwa mereka bisa mengalahkan penduduk tersebut karena Tuhan menyertai mereka, tetapi orang-orang tersebut justru mengancam akan melempari mereka dengan batu. Allah kemudian menghukum Bani Israil. Mereka semua yang berusia di atas dua puluh tahun, kecuali Yusya’ dan Kaleb, akan mati di gurun dan tidak akan bisa memasuki negeri yang dijanjikan tersebut. Setelah Musa menyampaikan hukuman Allah tersebut, Bani Israil menjadi sedih dan keesokan harinya, mereka berusaha merebut negeri tersebut tanpa restu Musa. Meski Musa telah melarang, mereka tetap nekat dan mereka dikalahkan oleh bangsa Amalek dan penduduk Kanaan.

Allah mewasiatkan Yusya sebagai Penerus Musa yang

Tertuang dalam kitab suci Alkitab dengan menyebutkan bahwa saat Allah mengabarkan bahwa Musa juga akan mati lebih dulu sebelum masuk ke negeri perjanjian sebagaimana Harun, Musa meminta agar Allah menunjuk penggantinya dalam memimpin Bani Israil. Allah kemudian menunjuk Yusya’. Yusya’ kemudian diperintahkan berdiri di hadapan Imam Eleazar bin Harun dan Musa meletakkan tangannya di atas kepala Yusya’, kemudian Musa mengumumkan bahwa Yusya’ akan menjadi penggantinya.

Dalam Tanakh dan Alkitab menjelaskan bahwa setelah memasuki Palestina, Bani Israil memasuki masa kesukuan. Tiap-tiap dua belas suku Bani Israil mendapat wilayah tertentu di Palestina. Suku Yusuf dibagi menjadi dua: Suku Manasye dan Suku Efraim, keduanya mendapat jatah wilayah masing-masing. Suku Lewi tidak mendapat wilayah karena mereka menempati kedudukan khusus dalam keagamaan, yakni sebagai keluarga yang menurunkan para nabi dan imam (pendeta). Tidak ada pemerintahan pusat pada masa ini. Saat masa-masa sulit, diangkatlah seorang hakim (Ibrani: שופט šōp̄êṭ/shofet) yang berperan sebagai penguasa atau pemimpin militer, sekaligus orang yang memimpin pengadilan hukum. Yusya’ disebut juga berperan sebagai hakim, meski tidak menyandang gelar tersebut secara resmi. Masa kesukuan ini berlangsung sampai Thalut (Saul) diangkat sebagai raja. Penobatannya menjadikan Bani Israil memasuki masa kerajaan.

Yusya’ menjadi pemimpin Bani Israil sepeninggal Musa. Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa seorang nabi, ditafsirkan sebagai Yusya’ hendak maju memimpin perang, tetapi melarang tiga kelompok orang untuk menjadi pasukannya, yakni: seorang lelaki yang telah menikah tapi belum sempat menyentuh istrinya, orang yang sedang sibuk membangun rumah dan belum sempat menyelesaikan pembangunannya, dan orang yang sedang menanti kelahiran dari hewan-hewan ternaknya. Yusya’ dan pasukannya menyerbu sebuah kota atau desa. Saat sudah atau hampir masuk waktu ashar, Yusya’ berdoa pada Allah agar menghentikan matahari sehingga dia pasukannya dapat menaklukkan kota sebelum matahari terbenam. Akhirnya Yusya’ dan pasukannya berhasil menaklukkan daerah tersebut sebelum matahari terbenam.

Sesuai syariat saat itu, Yusya’ kemudian mengumpulkan harta rampasan perang dan api dari langit akan menyambar harta-harta tersebut. Harta rampasan perang tidak halal bagi Bani Israil sesuai syariat saat itu. Namun saat api tersebut muncul, harta tersebut tidak dilahab, menandakan ada penggelapan harta rampasan perang. Yusya’ kemudian memerintahkan satu orang dari tiap suku untuk berbaiat dengannya. Jika ada dari tangan mereka yang menempel pada Yusya’, berarti penggelap harta tersebut dari suku orang tersebut. Ada dua atau tiga orang yang tangannya menempel. Mereka kemudian mengeluarkan harta yang disembunyikan tersebut, yakni emas sebesar kepala sapi. Emas tersebut diletakkan bersama harta rampasan lain, kemudian api melahab harta-harta tersebut.

Terkait tempat dan waktu kejadian tersebut, Tanakh menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi saat penaklukkan Ariha (Yerikho), sementara riwayat hadits menyebutkan penaklukkan Baitul Maqdis. Disebutkan bahwa peristiwa tersebut merupakan penaklukkan Baitul Maqdis dan terjadi saat Jum’at sore. Matahari terbenam menandakan masuknya hari Sabat dan Bani Israil diwajibkan beribadah sebagaimana syariat Musa.

Lama setelah TUHAN mengaruniakan keamanan kepada orang Israel ke segala penjuru terhadap semua musuhnya, dan ketika Yosua telah tua dan lanjut umur, dipanggilnya seluruh orang Israel, para tua-tuanya, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya dan berkata kepada mereka: “Aku telah tua dan sangat lanjut umur, dan kamu ini telah melihat segala yang dilakukan TUHAN, Allahmu, kepada semua bangsa di sini demi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang telah berperang bagi kamu. Ingatlah, aku telah membagikan dengan membuang undi bangsa-bangsa yang masih tinggal ini kepada suku-sukumu menjadi milik pusakamu, seperti juga semua bangsa yang telah kulenyapkan hari itu, mulai dari sungai Yordan sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam. Dan TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau mereka dari depanmu, sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Maka sekarang, sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana. Sebab itu insaflah dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, bahwa satupun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi. Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satupun yang tidak dipenuhi.”

Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: “…takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan.”

Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN. Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: 

“Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu.” 

Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya.

Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur 110 tahun. Lalu ia dikuburkan di daerah milik pusakanya, di Timnat-Serah yang di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas. Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama daripada Yosua, dan yang mengenal segenap perbuatan yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.

Maka wafat lah Beliau dalam keadaan meninggalkan Bangsa Israel yang telah hidup didalam Tanah Kanaa. Dan saat ini terdapat Beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Yusya baik yang diyakini sebagai makam jasad ataupun maqom nya beliau. Diantaranya adalah:

Kifl Haris, sebuah desa di Tepi Barat bagian utara, 18 km di selatan Nablus.

Hazreti Yuşa Tepesi atau Bukit Hadhrat Yusya’, sebuah bukit yang terletak di pantai Anatolia Bosporus. Di kawasan tersebut didirikan masjid bernama Hazreti Yuşa Cami.

Desa Nabi Yusya’ di Galilea, Palestina utara Di dekat kota As-Salt, Yordania Pemakaman Takht e Fulad di Esfahan, Iran Baghdad. (Murtadha)

Sumber: Ahmad Laudzai. Kisah Teladan dalam Al-Quran. Cikal Aksara, 2019.

Leave a Comment