Fatwapedia.com – Sesungguhnya shalat malam itu berat bagi jiwa, sulit mengendalikannya dan beban bagi hati. Allah berfirman, “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al-Muzzammil: 6).
Hal ini timbul akibat condongnya jiwa kepada istirahat dan bersantai-santai, di samping juga godaan dari setan dan para pembantunya untuk menghalangi manusia dari melakukan ibadah, sebagaimana firman Allah,
Iblis berkata, Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan merreka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas di antara mereka. (QS. Shad: 82-83)
Ibnu Aisyah berkata, “Tidaklah Allah memerintahkan para hamba-Nya dengan suatu perintah melainkan setan memiliki dua tarikan, entah mendorongnya untuk berlebihan atau kekurangan. Maka, yang mana saja yang dia dapatkan, dia akan merasa puas.
Karena shalat malam merupakan qurbah (ibadah) yang paling agung, ibadah yang paling mulia, maka ia membutuhkan mujahadah (usaha yang keras) dan latihan, agar jiwa menjadi terbiasa dan badan pun stabil. Oleh karena itu para ulama menjelaskan faktor-faktor yang memudahkan untuk bisa bangun malam agar seseorang mendapatkan taufik ke jalan orang-orang shalih yang rajin beribadah. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama: Tidur lebih awal.
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. memakruhkan (membenci) tidur sebelum Isya dan ngobrol-ngobrol sesudahnya.
Nawawi berkata, “Dimakruhkannya ngobrol-ngobrol sesudah shalat Isya karena hal itu akan mendorong seseorang untuk begadang, lalu tenggelam dalam tidur dan tidak bisa bangun malam atau zikir, atau shalat subuh pada waktunya. Tidur lebih awal dapat membantu untuk bisa bangun malam, karena jiwa mengambil bagian istirahat dan bangun dengan penuh stamina dan kegairahan.
Kedua: Berusaha sekuat tenaga memperhatikan Adab-adab tidur. Zikirnya sempurna, hingga yang menjadikan penutup amalnya adalah zikir kepada Allah, agar dia terjaga dari kejahatan setan. Barangsiapa yang berada dalam penjagaan Allah dan pemeliharaan-Nya, dia akan bangun dalam keadaan giat dan bahagia, lalu menunaikan tugas-tugasnya sebagaimana mestinya.
Sebagaimana dianjurkan juga untuk menggunakan alat modern yang bisa membangunkan (jam/alarm). Hendaklah dia segera bangkit begitu sadar saat pertama kali, dan janganlah bermalas-malasan hingga jiwa condong untuk tidur kembali.
Ketiga: Seyogyanya tidak berlebih-lebihan dalam mempernyaman tempat tidur, karena kenyamanan yang berlebihan menjadikan jiwa cenderung malas dan merasa berat. Dia tidak suka untuk berpisah dari tempat tidurnya sehingga menghalanginya dari bangun malam.
Dari Aisyah r.a., dia ditanya tentang tempat tidur Rasulullah s.a.w., maka dia menjawab, “…kami melipatkan hamparan bagi beliau empat lipatan, maka ketika pagi hari, beliau berkata, “Apa yang kalian hamparkan untukku tadi malam?” Dia (Aisyah) berkata, “Yang kami hamparkan adalah tempat tidurmu, tetapi kami lipat menjadi empat lipatan.” Kami berkata, “Itu lebih nyaman bagimu.” Beliau berkata, “Kembalikan kepada keadaan semula, karena kenyamanannya telah menghalangiku untuk shalat pada malam ini.
“Bisakah mata terlelap tidur di malam hari sementara ia tak tahu mana yang kemudian akan disinggahi.”
Keempat: Menjauhi kekenyangan dalam makan dan minum. Karena tidak ada tempat yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Karena dia akan menjadikan badannya kegemukan, malas dan banyak tidur, hingga menghalanginya untuk dapat bangun malam. Andaikan bisa bangun setelah tidur dalam kekenyangan, maka rasa kantuk akan menghilangkan kelezatan tahajud hingga dia tidak bisa merasakan manisnya ibadah.
Kelebihan makanan di dalam lambung akan membuat anggota tubuh ringan untuk berbuat maksiat dan berat untuk melakukan ketaatan. Banyak jalan ke arah ketaatan yang terhalang oleh perut yang kenyang. Sering setan menguasai manusia ketika perutnya penuh. Jika dia lapar, maka nafsunya akan terkendali, dan akan tunduk. Dan dengan tidur yang kurang, maka hati akan menjadi lebih bijak dan bersih.
Ibrahim ibn Adham mengatakan, “Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka dia akan bisa mengendalikan agamanya. Tema ini telah sering dikupas ketika menjelaskan faidah-faidah lapar dan bahaya perut yang terlalu kenyang. Namun di sini bukan tempatnya untuk merincinya.
Sama-sama diketahui bahwa perut yang kenyang akan membuat kebijakan hati beku. Dikatakan, “Perut yang kenyang akan menghilangkan kecerdasan.”
Mis’ar ibn Kadam berkata, “Rasa lapar itu ternyata terusir hanya oleh sepotong roti dan setangkup telapak tangan air sungai Eufrat sedikit makan membantu orang tekun shalat sedangkan banyak makan akan melicinkan lidah.
Kelima: Tidak menguras tenaga dengan pekerjaan yang berat di siang hari. Hal itu akan membuat tubuh keletihan dan lemah. Akhirnya, tidurnya akan nyenyak dan susah bangun. Dari Abu Hurairah ra.: Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci orang yang bekerja keras dan berteriak-teriak di pasar, lalu menjadi bangkai di malam hari dan bagaikan keledai di siang hari.
Hendaklah orang yang berniat untuk shalat malam mengetahui, bahwa kesibukan hati dengan urusan dunia akan menyulitkannya untuk bangun malam. Andaipun dia bisa bangun, maka tidak akan bisa berpikir dalam shalatnya, atau tidak bisa menghayati bacaan al-Qur’annya, tetapi pemikirannya berputar sekitar urusan dunianya.
Keenam: Membiasakan tidur siang karena dia membantu untuk bisa bangun malam.
Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, “Bantulah dengan makan sahur untuk berpuasa di siang hari dan bantulah dengan tidur siang untuk dapat bangun malam.
Hasan, apabila masuk pasar dan mendengar kegaduhan dan perkaatan sia-sia, dia berkata, Saya kira malam mereka adalah malam yang buruk karena mereka tidak tidur siang.
Ketujuh: Menjauhi dosa dan maksiat dengan memalingkan anggota tubuh dari semua yang diharamkan Allah. Dia tidak melihat yang haram, tidak mendengar yang diharamkan, tidak berbicara yang dilarang, menjaga pendengaran, lidah dan penglihatannya dari setiap yang dibenci Allah karena kemaksiatan akan mengeraskan hati, hingga setan menguasai seseorang. Lalu, jiwanya merasa malas untuk beribadah dan tidak bersemangat untuk melakukan kebaikan. Bagaimana mungkin bisa bangun malam.
Dikatakan kepada Ibnu Mas’ud ra., “Kami tidak bisa bangun malam.” Maka dia berkata, “Dosa-dosa kalian telah menjauhkan kalian.” Dikatakan kepada Hasan tentang masalah ini, maka dia berkata, “Kalian dibelenggu oleh kesalahan-kesalahan kalian.” Dia juga berkata, “Sesungguhnya seorang hamba melakukan sebuah dosa hingga dia terhalang untuk bisa bangun malam.
Barangsiapa yang melakukan perbuatan haram, seperti menggunjing, menghasut, bernyanyi, menonton gambar tidak senonoh dan cerita jorok, atau memakan harta haram dan harta manusia dengan cara yang batil, lalu berangan-angan untuk bangun malam, maka dia telah bermaksiat kepada Allah secara terang-terangan. Kami berlindung kepada Allah dari keterlantaran tanpa mendapat pertolongan.
Ada yang mengatakan, Semua dosa itu akan menyebabkan kekerasan hati, menghalangi pelakunya dari bangun malam, terutama karena pengaruh memakan yang haram. Ibnul Qayim menyebutkan, di antara dampak negatif maksiat adalah terhalang untuk melakukan ketaatan.
Wahai saudaraku, bersemangatlah dan waspadalah dari menggunjing kehormatan manusia, atau mendengarkan lagu dan alat musik, atau tenggelam dalam cerita yang jorok dan kotor, atau membiarkan dirimu memakan riba, atau mengambil harta manusia dengan cara yang batil, agar kamu bisa merasakan nikmatnya bangun malam, diterimanya amal serta mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Ketahuilah, bahwa melakukan perbuatan di atas adalah bermaksiat kepada Allah. Kita berlindung darinya dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedelapan: Mujahadah (Berusaha keras) mejauhi setiap yang dapat merusak kesehatan hati, seperti dengki dan iri kepada kaum muslimin. Ini adalah penyakit kronis yang menggerogoti hati, memalingkan dari tujuan dia diciptakan, hingga seseorang lemah dalam menunaikan ibadah, khususnya shalat malam. Jika dia bangkit melaksanakan ibadah, maka hatinya dalam keadaan sibuk dan bingung. Kita mohon kepada Allah agar diberi keselamatan dari semua kotoran di atas.
Kesembilan: Memperluas pengenalan tentang keutamaan shalat malam dengan merenungi ayat-ayat Allah yang menjelaskan apa saja yang disediakan bagi orang-orang yang melaksanakan tahajud. Juga mengkaji Sunnah Rasulullah s.a.w. yang menyelaskan Kenikmatan agung yang akan diperoleh oleh orang orang yang bangun di waktu sahur. Di samping itu dianjurkan pula menelaah riwayat hidup dari para salafush shalih, sebagaimana merenungi perkataan mereka tentang keutamaan shalat malam. Semua itu akan memotivasi jiwa untuk bangun malam, karena tertarik untuk mendapatkan surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di sisi Allah.
Allah berfirman, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17)
Kesepuluh: Merenungi dahsyatnya hari Kiamat, seperti berdiri di hadapan Allah, ditahan pada suatu hari yang ukurannya sama dengan lima puluh tahun. Berpikir tentang dasar neraka Jahanam, shirdth (jembatan) dan lain-lain yang dapat mendorong jiwa untuk beramal karena takut tertimpa oleh kedahsyatannya. Barangsiapa yang menjadikan semua hal di atas terpampang di hadapan matanya, maka keinginan untuk tidur akan terbang dari dirinya dan akan besar kehati-hatiannya.
Thawus berkata, Mengingat neraka Jahanam akan membuat tidur hilang dari para ahli beribadah. Syadad ibn Ausy apabila berbaring di atas tempat tidurnya, dia bagaikan ular yang digoreng, kemudian berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Jahanam tidak membiarkanku tidur, lalu dia bangkit ke tempat shalatnya.
Ibnu Mubarak berkata, “Jika malam telah gulita, mereka menahan tidur hingga malam beringsut terang, dan mereka masih ruku
Rasa takut itu menggambarkan kantuk, lalu bangkit tapi mereka yang menikmati dunia akan terlelap.
Kesebelas: Sebab dan motivasi yang paling mulia yang mendorong untuk shalat malam adalah cinta kepada Allah dan kekuatan iman kepada-Nya. Barangsiapa mencintai sesuatu, dia akan banyak mengingatnya. Orang yang bertahajud bangun di tengah malam untuk bertemu dengan Zat yang dicintainya, berkhalwat dan menikmati munajat dengan-Nya. Hal itu akan mendorongnya untuk berlama-lama berdiri.
Abu Sulaiman Darani berkata, Ahli tahajud merasakan malam mereka lebih lezat daripada tukang main merasakan keasyikan permainan mereka. Andaikan tidak ada malam, maka aku tidak suka tinggal di dunia.
Ibnu Munkadir berkata, “Tidak tersisa dari kenikmatan dunia kecuali tiga perkara: Shalat malam, bertemu para sahabat dan shalat berjamaah.
Tsabit al-Banani berkata, “Tidak ada satu pun yang aku dapatkan di dalam hati yang lebih lezat daripada shalat malam.