Fatwapedia.com – Mudah kita jumpai di berbagai situs, website dan blog bahkan platform media sosial, beredar hadits dengan judul; “12 Kelompok Jenis Manusia di Hari Kiamat”, atau “12 Golongan umat manusia ketika dibangkitkan dari kubur” atau redaksi lain “12 Golongan Manusia Di Padang Mahsyar” dan lain-lain.
Redaksi konten kurang lebih seperti ini:
Muaz bin Jabal r. a menghadap Rasullullah s. a. w dan bertanya: “Wahai Rasullullah, tolong huraikan kepadaku mengenai firman Allah saw: “Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris” -(Surah an-Naba’:18) Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis hingga basah pakaiannya. Lalu Baginda menjawab: ”Wahai Muaz, engkau telah bertanyakan kepada aku, perkara yang amat besar, bahawa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri. Maka dinyatakan apakah 12 barisan berkenanaan iaitu:
BARISAN PERTAMA Diiringi dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: ” Mereka itu adalah orang-orang yang ketika hidupnya menyakiti hati jirannya, maka ini balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.
BARISAN KEDUA Diiringi dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah yang maha pengasih: “Mereka itu adalah orang yang ketika hidupnya meringankan solat, maka inilah balasannya, dan tempat kembalinya adalah neraka.
BARISAN KETIGA Mereka berbentuk keldai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. “Meraka ini adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka..
BARISAN KEEMPAT Diiringi dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari mulut mereka. “Mereka ini adalah orang yang berdusta didalam jual beli, maka inilah balasannya, dan tempat mereka adalah neraka..
BARISAN KELIMA Diiringi dari kubur dengan bau busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah s. a. w menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. “Mereka ini adalah orang yang menyembunyikan perlakuan derhaka takut diketahui manusia, tetapi tidak pula rasa takut kepada Allah s. a. w, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.
BARISAN KEENAM Diiringi dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. “Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.
BARISAN KETUJUH Diiringi dari kubur tanpa mempunyai lidah dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. “Meraka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.
BARISAN KELAPAN Diiringi dari kubur dalam keadaan terbalik degan kepala kebawah dan kaki keatas. ” Meraka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.. “BARISAN KESEMBILAN Diiringi dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru , sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. ” Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara haram, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka.
BARISAN KESEPULUH Diiringi dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang derhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya, dan tempat kembali mereka adalah neraka..
….. dan seterusnya…
Status Hadits
Setelah dianalisa hadis di atas tercantum dalam Kitab Durratun Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiyyi.
Hadis tersebut adalah hadis riwayat al-Tsa’laby, dan Ibnu Mardawaih dari hadis al-Barra’ bin ‘Azib dari Mu’adz bin Jabal Ra. Beberapa ulama tafsir menyebut hadis di atas dalam tafsir mereka seperti al-Qurthuby, dan al-Baidhowy dalam menafsirkan QS. An-Naba’ ayat 18.
فالحديث رواه الثعلبي وابن مردويه من حديث البراء بن عازب عن معاذ بن جبل، وقد ذكره عدد من أهل التفسير عند تفسيرهم لهذه الآية: يوم ينفخ في الصور.. بألفاظ متقاربه بصيغة التضعيف (روي)، منهم القرطبي والبيضاوي وغيرهما، وقال عنه ابن عساكر في تاريخ دمشق: منكر، وفي إسناده غير واحد من المجهولين. وقال عنه الألباني في السلسلة الضعيفة: موضوع.
Dalam penelitian Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqy dinilai status riwayat hadis tersebut: MUNGKAR karena dalam sanadnya terdapat lebih dari seorang perawi yang tidak dikenal ulama hadis dan tidak diketahui level ketsiqohannya (majhulin).
Syaikh al-Albani yang juga melakukan penelitian ini menulis dalam Kitabnya “Silsilah al-Dho’ifah” bahwa hadis tersebut PALSU (Maudhu’).
Demikian..
Semoga kita lebih berhati-hati dalam menyebarluaskan hadis.. dan waspada dari hadis PALSU.
http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=132553