Fatwapedia.com – Sebelum kita mengenal kitab Sunan Ad Darimi maka alangkah bagusnya kita mengenal sedikit biografi penulisnya. Penulis kitab ini adalah Al Imam Al Hafizh Syaikhul Islam Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad At Tamimi Ad Darimi Samarqandi.
Beliau dilahirkan pada tahun 181 H, bertepatan pada tahun wafatnya Abdullah bin Mubarak. Beliau wafat pada tahun 255 H, tepatnya pada tanggal delapan bulan Dzulhijjah. Beliau dimakamkan pada hari Arafah, bertepatan dengan hari Jumat, dalam usia 74 tahun.
Pada saat wafat beliau, dikabarkan berita duka ini kepada Al Imam Al Bukhari Muhammad bin Ismail, penyusun kitab Shahih Al-Bukhari. Maka, beliau menundukkan lalu mengangkat kepalanya. Beliau membaca istrija’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) kemudian mulai menetes air matanya hingga membasahi kedua pipi beliau. Sebuah keadaan yang menunjukkan kedudukan beliau di sisi Al Imam Al Bukhari.
Nama Ad Darimi merupakan penisbahan kepada Darim bin Malik, salah seorang keturunan kabilah At Tamimi.
Pujian para ulama terhadap beliau amatlah banyak. Kami sebutkan beberapa darinya:
Imam Ahmad rahimahullah menuturkan, “(Ad Darimi) adalah seorang imam.” Berkali-kali beliau mengatakan, “Kalian harus (belajar) dengan imam Abdullah bin Abdirrahman.”
Muhammad bin Abdillah bin Numair rahimahullah mengatakan, “Ad Darimi mengalahkan kami dalam hal hafalan dan wara’.”
Berkata Abu Hatim Ar Razi rahimahullah, “Muhammad bin Ismail adalah orang yang paling berilmu di Irak. Muhammad bin Yahya adalah orang yang paling berilmu di Khurasan pada hari ini. Muhammad bin Aslam adalah orang yang paling wara’ di antara mereka. Abdullah bin Abdirrahman yang paling kuat di antara mereka.”
Muhammad bin Basysyar Bundar memasukkannya sebagai ulama yang memiliki hafalan yang kuat di dunia ini.
Murid-murid Beliau
Begitu banyak tokoh-tokoh yang menimba ilmu kepada beliau. Di antaranya, Imam Muslim bin Hajjaj (penyusun Shahih Muslim), Al Imam Al Bukhari pada selain riwayat beliau dalam kitab Shahihnya, Al Imam Abu Dawud, Al Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Al Hasan bin Ash Shabbah Al Bazzar, Muhammad bin Basysyar (Bundar), Muhammad bin Yahya, Baqi bin Makhlad, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Ja’far bin Muhammad al Firyabi, dan ulama yang lainnya.
Tentang Sunan Ad Darimi
Sunan Ad-Darimi adalah sebuah kitab klasik yang merupakan kitab induk. Kitab ini juga dikenal dengan kitab Musnad Ad Darimi.
Sebenarnya penyebutan dengan nama Musnad Ad Darimi kurang tepat. Sebab, kitab musnad adalah kitab hadits yang diurutkan sesuai dengan urutan nama shahabat. Sedangkan kitab sunan adalah kitab yang disusun sesuai dengan urutan bab-bab fikih, mulai dari bab iman, bersuci, shalat, zakat dan seterusnya. Padahal, kitab Ad Darimi disusun berdasarkan urutan bab-bab fikih. Sehingga, kitab Ad-Darimi ini lebih tepat diberi nama Sunan Ad-Darimi.
Al Imam As Suyuthi rahimahullah mengatakan, “Musnad Ad Darimi bukanlah musnad dan kitab ini tersusun berurutan mengacu sesuai dengan bab-babnya.”
Sebagian orang ada yang menyebutkan bahwa kitab Sunan Ad Darimi adalah kitab shahih. Pernyataan ini tidaklah benar. Di dalam kitab ini yang ternyata ada hadits yang terputus sanadnya, dan hadits dhaif. Bahkan Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa pada kitab sunan Ad Darimi ada hadits yang palsu, walaupun mayoritasnya hadits shahih. Sehingga tidaklah tepat kalau kitab ini disebut dengan kitab shahih.
Perlu kita ketahui, para ulama menyatakan bahwa kitab induk hadits yang tertinggi ada enam. Mereka menyebutnya dengan Kutubus Sittah, kitab induk yang enam. Kitab tersebut adalah Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa`i, dan Sunan Ibnu Majah.
Sebagian ulama mengatakan, “Sepantasnya Sunan Ad Darimi menjadi kitab yang keenam menggeser kedudukan kitab Sunan Ibnu Majah.” Mereka beralasan bahwa kitab Sunan Ad Darimi para perawi yang lemah lebih sedikit daripada perawi lemah yang ada pada kitab Sunan Ibnu Majah. Juga sangat jarang didapati di dalam Sunan Ad Darimi hadits munkar (hadits seorang yang lemah menyelisihi orang yang kuat hafalannya) dan hadits syadz (hadits dari seorang perawi yang kuat hafalannya, namun menyelisihi seorang yang lebih kuat hafalannya). Walaupun di dalam Sunan Ad Darimi didapati hadits mauquf1 dan mursal2, akan tetapi Sunan Ad Darimi tetap lebih utama.
Fadhl bin Thahir rahimahullah merupakan yang pertama kali memosisikan Sunan Ad Darimi pada posisi keenam. Kemudian pernyataan beliau ini diikuti banyak orang. Al Hafizh Ibnu Hajar juga menyatakan bahwa tidak hanya satu orang yang menjadikan Muwatha’ karya Imam Malik atau Sunan Ad Darimi pada posisi keenam.
Dan Al ‘Ala-i mengatakan tentang kedudukan Sunan Ad Darimi, “Sebagian ulama mengatakan kitab Ad Darimi lebih tepat dan lebih pantas untuk dijadikan kitab yang keenam untuk kitab-kitab (induk) dikarenakan para perawinya lebih sedikit yang lemah. Keberadaan hadits-hadits syadz dan munkar jarang padanya, sanad-sanadnya tinggi dan tsulatsiyat-nya (rantai periwayatan dengan jumlah perawi tiga orang sampai kepada Nabi, red.) lebih banyak dari pada tsulatsiyat-nya Al Bukhari.”
Adapun kandungan kitab Sunan Ad Darimi, seperti kitab-kitab sunan yang lain, terdiri dari beberapa kitab dan pada setiap kitab ada beberapa bab. Kitab yang dimaksud di sini adalah kumpulan bab-bab dalam satu pembahasan. Sunan AdDarimi terbagi menjadi 23 kitab.
Seperti pula pada kitab-kitab lainnya, kitab ini didahului dengan mukadimah dari pengarang. Jilid pertama kitab ini berisi mukadimah penulis dan kitab bersuci dengan bab-babnya yang banyak.
Kemudian pada jilid yang kedua, berisi dengan 9 kitab yaitu kitab ash shalat, kitab az zakat, kitabus shiyam (puasa), kitabul manasik (haji), kitabul adhahi (sembelihan), kitabus shaid (buruan), kitabul ath’imah (makanan), kitabul asyribah (minuman), kitabur ru’ya (mimpi).
Pada jilid yang ketiga mencakup 10 kitab yaitu kitabun nikah, kitabuth thalaq, kitabul hudud, kitabun nudzur wal aiman (nadzar dan sumpah), kitabud diyat (diyat pembunuhan), kitabul jihad, kitabus siyar (sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), kitabul buyu’ (jual beli), kitabul isti’dzan (izin), kitabur riqaq (perbudakan).
Adapun jilid keempat terdiri dari 3 kitab, kitabul faraidh (warisan), kitabul washaya (wasiat), dan ditutup dengan kitabul Qur’an.
Demikian sedikit pengenalan kita terhadap kitab Sunan Ad Darimi. Wallahu a’lam bish shawab.
1) Hadits mauquf adalah ucapan dan perbuatan yang disandarkan kepada shahabat.
2) Hadits mursal adalah hadits yang rantai periwayatannya terputus karena seorang tabi’in langsung menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebutkan perantara shahabat.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 15 vol. 2 1435 H/ 2014 M, rubrik Maktabah. Pemateri: Ustadz Abu Abdirrahman Huda.