Di kalangan para Gus dan Habaib ada satu sosok Gus yang cukup disegani yang biasa dijuluki dengan ‘Panglima’. Beliau inilah yang memiliki ‘hak kuasa’ dan kesungguhan dalam Khidmah terhadap Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, sehingga saya yang bukan apa-apa tidak berani mengajak ataupun melakukan di luar perintah beliau. Mohon ke-understand-annya.
Semalam para Gawagis yang diberi tugas untuk membaca kitab dikumpulkan di sebuah tempat sekitar Al-Akbar, ditentukan siapa saja yang membaca sekaligus urutannya. Kami juga diminta jam 2 dini hari sudah stand by di Al Akbar. Sepertinya semua berjalan tidak sesuai rencana begitu Habib Umar masuk ruangan. Semua berhamburan mendekat ke arah beliau. Saat membaca pun rencana awal kami masing-masing membaca sedikit agar kebagian untuk yang lain, tapi ternyata menunggu Habib Umar yang menghentikan bacaan sampai selesai bab. Demikian pula para Qori’ yang lain hingga giliran saya. Pembacaan kitab diawali oleh guru saya, Gus Kautsar.
Tiba-tiba mikrofon disodorkan ke arah saya di Bab yang tidak saya pelajari, sehingga hampir semuanya adalah bacaan mendadak. Di samping itu struktur kalimatnya bersajak dalam bahasa Arab yang agak berbeda dengan fikih di masa klasik, sehingga ada beberapa bacaan saya yang dibetulkan oleh Habib Umar maupun oleh Kiai Marzuki Mustamar dari belakang saya.
Kitab yang dibaca adalah Fathu Bashoiril Ikhwan, karya Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Balfaqih, yang dijuluki oleh gurunya sebagai Allamah Ad-dunia. Pada tahapan kedua dari kitab ini menjelaskan tentang ilmu yang terdiri dari banyak ilmu agama. Saran yang dianjurkan oleh Muallif bagi mereka yang memiliki kecerdasan untuk menekuni ilmu agama ini dengan baik dan mendalam. Tidak semua di antara kita memiliki kemampuan yang sama dalam belajar. Beliau pun tetap berwasiat kepada yang lain dengan teks sebagai berikut:
واما من في فهمه بلادة فليصرف بقية زمنه الى العبادة أوغيرها مما فيه ثواب من نفع المسلمين وخدمة أهل الدين ولو بالاكتساب لما هو واجب او مندوب من الاسباب
“Seseorang yang tidak memiliki kecerdasan maka hendaknya fokus pada sisa umurnya untuk ibadah atau lainnya yang memiliki pahala manfaat untuk umat Islam serta Khidmah kepada orang yang ahli di bidang agama meskipun dengan hasil kerja baik urusan yang wajib ataupun sunnah dan lainnya” (Hal. 27)
Di sinilah Habib Umar memberi banyak penjelasan dan tidak perlu berkecil hati. Karena ikut terlibat dalam kebaikan maka mendapat pahala yang sama dengan orang yang dibantu. Beliau memberi landasan dalil:
ﻣﻦ ﺟﻬﺰ ﻏﺎﺯﻳﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ ﻓﻘﺪ ﻏﺰا (ﺣﻢ) ﻋﻦ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ.
Hadis: “Barang siapa menyiapkan orang yang berperang di jalan Allah maka dia sungguh telah berjihad” (HR Ahmad dari Zaid bin Khalid)
Karena saat ini tidak ada perang tentu sektor lain masih banyak, seperti tempat ibadah, pesantren, lembaga pendidikan dan sebagainya. Beliau juga menambahkan riwayat hadis berikut:
ﻭﻷﻥ ﻳﻤﺸﻲ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻣﻊ ﺃﺧﻴﻪ ﻓﻲ ﻗﻀﺎء ﺣﺎﺟﺘﻪ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﻜﻒ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪﻱ ﻫﺬا ﺷﻬﺮﻳﻦ
“Sungguh jika kalian berjalan menuju saudaranya untuk membantu hajatnya lebih utama dibanding itikaf di masjidku ini selama 2 bulan” (HR Al Hakim)
Inilah luasnya Rahmat Allah bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan.