Fikroh.com – Sejatinya mimpi adalah hal biasa yang hampir dialami semua orang. Sangking lumrahnya mimpi disebut sebagai bunga tidur. Namun demikian terkadang mimpi membawa pesan tersendiri jika mau dipahami.
Mimpi bertemu Gus Baha.
Sebuah mimpi yang cukup unik. Mimpi bertemu Gus Baha dan murajaah kitab bersama. Dimana letak uniknya?
Uniknya adalah antara Gus Baha dan sang pemimpi dua sosok yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda dan manhaj yang tak sama. Gus Baha berasal dari kultur ulama NU dengan Aqidah ‘Asyarinya sementara Sang Pemimpi yakni Ustadz Abdullah Al-Jirani adalah sosok salafi lulusan Darul Hadits Damaj Yaman.
Dikisahkan oleh Ustadz Abdullah Al-Jirani bahwa dirinya mimpi betemu dengan Gus Baha lalu mengajaknya untuk murajaah kitab bersama-sama. Sontak ajakan beliau langsung disetujui oleh Ust. Abdullah. Uniknya lagi antara gus Baha dan Ustadz Abdullah tidak pernah saling ketemu dan kenal.
Kita berbaik sangka dan meyakini dari lahiriyahnya mereke berdua sosok muslim yang shalih dan memiliki keilmuan yang mendalam serta semangat dakwah yang tinggi dan metode dakwah yang inshaf.
Berikut ini penuturan dan pengakuan Ustadz Abdullah Aljirani atas mimpi yang dialaminya.
“Sunguh mengejutkan, tetiba kemarin malam saya bermimpi bertemu dengan Gus Baha. Dalam mimpi tersebut, beliau yang merupakan santri kasayangan KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen), mengajak saya untuk membaca atau murajaah sebuah kitab. Sontak ajakan beliau ini saya iyakan. Beberapa saat kemudian saya terbangun.
Padahal, saya belum pernah ketemu dengan beliau. Sebelumnya juga tidak sedang memikirkan beliau. Mendengarkan video kajian beliau juga jarang. Hanya sesekali saja kalau pas lewat di time line FB. Saya pribadi memang type orang yang kurang suka atau amat sangat jarang melihat atau mendengarkan kajian via Youtube atau FB. Lebih senang baca buku atau duduk di majelis ilmu.
Kemungkinan, karena kepribadian Gus Baha ini telah nyantol di hati saya. Hal ini disebabkan beliau memiliki beberapa sisi kemiripan dengan syaikhuna (guru saya), KH. Saifuddin Aziz. Dari stylenya (pakai sarung, songkok hitam, kemeja putih. Kalau guru saya kadang pakai baju koko dengan ditambah pakai jas), cara ngajarnya saat membaca kitab dengan metode “utawi iki iku” dengan bahasa Jawa yang medok, kedalaman ilmnya, serta beberapa sifat beliau yang mulia, seperti ramah, kasih sayang, santun, lembut, sederhana dan tidak suka berpolemik dengan sesama muslim. Bedanya, guru saya usianya lebih tua dari beliau.
Saya bukan NU, tapi saya suka type kiai (ulama) seperti Gus Baha, termasuk guru beliau, Mbah Moen. Karena untuk menyukai beliau tidak disyaratkan harus jadi NU dulu. Semoga takwil mimpi saya baik, bisa ketularan kealiman, sifat-sifat terpuji dan keberkahan dakwah beliau, sehingga saya terus bisa memberikan manfaat kepada umat. “Islam itu agama yang asyik, menarik dan keren, asal kita bisa menyampaikannya dengan metode dan gaya bahasa yang tepat.”
Penulis: Abdullah Al-Jirani, (Santrinya KH. Saifuddin Aziz)