Nasihat Syaikhul Islam Kepada Para Suami

Nasihat Syaikhul Islam Kepada Para Suami

Fikroh.com – Cintailah istrimu sewajarnya,  jangan terlalu sering mengucapkan kata-kata romantis terhadapnya apalagi jika sampai mengatakan bahwa istrinya tak tergantikan, karena yang demikian hanya akan membelengukan hati sehingga hatipun tertawan kepada istri, akhirnya istrinya benar-benar menguasainya, mengaturnya sedemikian rupa,  dan ia menjadi budak sang istri. ‘iyaadzan billah.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahmatullah ‘alaihi berujar :

فالرجل إذا تعلق قلبه بامرأة ولو كانت مباحة له يبقى قلبه  أسيرا لها 

“Seorang pria apabila hatinya telah tertambat pada seorang wanita walaupun wanita tersebut adalah halal baginya (istinya-pent), maka jadilah hatinya tertawan oleh wanita tersebut”

Asy-syaikh Shalih Al-Fauzan mengomentari mengapa ia menjadi tawanan bagi istrinya tadi :

يلتمس رضاها و يجتنب ما يسخطها, و في ذلك له و عبودية لها بحيث ” تحكم فيه و تتصرف يما تريد

“Sang suami akan terus menggapai keridhaan istrinya serta berupaya menjauhi apa yang akan membuat istrinya marah.  Maka sikap demikian adalah kehinaan bagi sang suami,  dan juga bentuk peribadatan kepada istrinya, dimana sang istri akan menguasai dan mengatur suami sesuai dengan apa yang ia inginkan”

Ibnu Taimiyah melanjutkan, 

تحكم و تتصرف بما تريد، و هو في الظاهر سيدها لأنه زوجها

“Maka sang istri akan menguasainya serta mengatur sang suami sesuai dengan apa yang ia kehendaki, padahal secara lahiriah ia adalah tuan dari wanita tersebut karena ia adalah suaminya”

Syaikh Al-Fauzan menjelaskan makna diatas :

لكنه في الباطن عبد لها، لأنه متعلق قلبه بها، يراقب طاعتها وما تريد و يحذر من إغضابها

“Namun hakikatnya sang suami adalah budak istrinya, karena hatinya bertumpu kepadanya. Ia senantiasa mengawasi dirinya untuk tetap taat kepada istrinya dan kepada apa yang diinginkan istrinya, serta berhati-hati dari hal-hal yang akan membuat istrinya marah”

Padahal Nabi Yusuf ‘alaihis Salam pernah berdoa kepada Allah, sebagaimana firman-Nya :

وإلا تصرف عني كيدهن أصب إليهن و أكن من الجاهلين

“Dan Jika Engkau tidak memalingkan aku dari tipu daya mereka (wanita yang menggoda Yusuf-pent) maka aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentu aku termasuk orang-orang yang bodoh”

Maknanya adalah : Aku condong kepada mereka dan mencari keridhaan mereka.

Syaikhul Islam kembali berujar :

في الحقيقة هو أسيرها و مملوكها لا سيما إذا درت بفقره إليها، و عشقه لها

“Akan tetapi hakikatnya suami tersebut adalah tawanan dan budak istrinya, apalagi jika istrinya mengetahui bahwa suaminya sangat membutuhkan dan merindukannya”

Syaikh Al-Fauzan kembali menjelaskan :

فإنها تتسلط عليه إذا علمت أنه يطمع فيها و أنه يحبها، فينبغي له ألا يظهر لها ذلك

“Apabila sang istri mengetahui bahwa suaminya sangat mendambakan dan mencintai istrinya, maka istrinya akan menguasainya. Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi sang suami untuk tidak (terlalu sering) menampakkan kecintaanya kepada istrinya”

Tertawannya qalbu, lebih mengerikan daripada tertawannya badan. Diperbudaknya qalbu, lebih dahsyat dan mengerikan daripada diperbudaknya badan. Tertawannya badan hanya terbelenggu oleh besi atau tali, akan tetapi tertawannya qalbu terbelenggu oleh cinta dan ini jauh lebih mengerikan daripada besi dan tali sekalipun.

Tidakkah anda mengingat firman Allah Ta’ala :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).” [Al-Baqarah: 165]

Dirangkum oleh seorang suami dari kitab Syarh Al-‘Ubudiyyah

Oleh: Abu Hanifah ibnu Yasin

Leave a Comment