Fatwapedia.com – Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang terhadap semua makhluk. Ada banyak sekali ayat Al Qur’an maupun hadits Nabi tentang keutamaan kasih sayang dan bersikap ramah tamah. Berikut salah satu hadits tentang kasih sayang yang bisa kita pelajari.
Dari Abu Sa’id al Khudry ra berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحَاسِنُهُمْ أَخْلَاقًا , الْمُوَطَّئُونَ أَكْنَافًا , الَّذِينَ يَأْلَفُونَ وَيُؤْلَفُونَ , وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya. Orang yang sopan dan mulia akhlaknya adalah mereka yang bersikap ramah dan disukai orang lain. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah dan tidak pula disukai orang lain.”
Referensi Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh at thabrani dalam al Mu’jam ash Shagiir (Beirut : al Maktab al Islamy 1405 H, 1/362). Menurut Muhammad Nashirudin al Albany hadits ini hasan (lihat shahih al Jami’ 1231)
Periwayat Hadits
1. Sahabat Abu Sa’id al Khudry ra
Namanya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan bin Ubaid al Anshari al Khazraji. Beliau adalah salah seorang sahabat yang mulia, begitu pula ayahnya yang juga merupakan sahabat. Beliau belum cukup umur untuk ikut di perang Uhud, dan beliau hadir dalam peperangan setelah Uhud. Wafat di Madinah tahun 63 H, ada pula yang berpendapat tahun, 64 H, 65 H dan 74 H.
2. Ath Thabrani
Beliau adalah seorang Imam, al Hafidz, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub al Lakhmi ath Thabrani. Penulis mu’jam yang tiga dan lainnya. Dia meriwayatkan dari an Nasai, Ishaq bin Ibrahim ad Dabri dan bannyak ulama. Wafat tahun 360 H.
Pelajaran dari Hadits
1. Akhlak mulia merupakan nilai terpenting dalam kehidupan, ia adalah salah satu unsur utama peradaban manusia. Bahkan akhlak mulia merupakan misi diutusnya Rasulullah saw, sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Ahmad bin Hanbal: al Musnad. Beirut: Muassasah ar Risalah, 1421 H, 14/513. Shahih menurut al Arnauth)
2. Akhlak yang baik mendatangkan kebaikan dan akhlak buruk mendatangkan keburukan pula. Hisyam bin ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya,
إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَاعْلَمْ أَنَّ لَهَا عِنْدَهُ أَخَوَاتٍ فَإِذَا رَأَيْتَهُ يَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَاعْلَمْ أَنَّ لَهَا عِنْدَهُ أَخَوَاتٍ فَإِنَّ الْحَسَنَةَ تَدُلُّ عَلَى أَخَوَاتِهَا وَإِنَّ السَّيِّئَةَ تَدُلُّ عَلَى أَخَوَاتِهَا
Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan kebaikan, maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lain (kebaikan lain) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan keburukan, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudara (keburukan lain) baginya, karena sesungguhnya sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya dan sebuah maksiat menunjukkan kepada saudaranya. (Abu Na’im al Ashbahany : Hilyatu al Auliya wa Thobaqatu al Ashfiya. Beirut: Daar al Kitab al ‘Araby, 1394 H, 2/177)
3. Islam menganjurkan untuk memilih teman karib orang yang berakhlak baik. Rasulullah saw bersabda tentang pengaruh pertemanan pada kualitas agama seseorang. Dari Abu Hurairah ra,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.” (Ahmad bin Hanbal: al Musnad. Beirut: Muassasah ar Risalah, 1421 H, 14/513. 14/142. Jayyid menurut al Arnauth)
Persahabatan hendaknya berorientasi agama, seperti saling menolong dalam kebaikan, menumbuhkan kemanfaatan ilmu dan amal, menjaga kebersihan hati dan memperkuat motivasi beribadah, hingga mencari manfaat untuk kepentingan akhirat sebagaimana riwayat dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah saw bersabda,
“اسْتَكْثِرُوا مِنْ الْإِخْوَانِ فَإِنَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ شَفَاعَة يوم القيامة”
perbanyaklah teman, karena setiap mukmin itu mempunyai syafa’at di hari akhir.
(Al Manawi: at Taysir bi Syarhi al Jami’ ash Shagiir. Riyadh: Maktabah al Imam asy Syafi’i, 1408 H, 1/149. Menurut penyusun hadits ini dha’if, demikian pula pendapat al Albani dalam Dha’if al Jami’ hadits no 827)
4. Islam menganjurkan berwajah ceria dan menjaga kerapihan fisik.
Dari Abu Dzar al Ghifari ra,
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu pada wajah saudaramu adalah shodaqoh” (Muhammad bin Isa at Tirmidzi : Sunan at Tirmidzi. Mesir : Syirkatu Maktabatu wa Mathba’atu Musthofa al Baaby al Halby, 1395 H, 4/399. Shahih menurut al Albany)
Dari Jabir bin Abdullah ra, Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang menemui kami. Tiba-tiba beliau menyaksikan seorang lelaki yang berbaju kusut dan rambutnya tidak rapi. Kemudian beliau bersabda,
أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ، وَرَأَى رَجُلًا آخَرَ وَعَلْيِهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ، فَقَالَ أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ
Apakah lelaki itu tidak memiliki sesuatu yang dapat menjadikan rambutnya rapi? kemudian beliau melihat lelaki lain yang berbaju kotor. lalu, Beliau bersabda: Apakah lelaki itu tidak memiliki sesuatu yang dapat ia gunakan untuk mencuci bajunya? (Abu Dawud: Sunan Abu Dawud. Beirut : Maktabah al ‘Ashriyah, tt, 4/51. Shahih menurut al Albany.)
Demikian penjelasan hadits tentang kasih sayang dan ramah tamah dalam islam semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.