Fatwapedia.com – Tahun kesepuluh kenabian merupakan tahun yang sangat berat bagi Rasulullah. Setelah terbebas dari pemboikotan kaum Quraisy, dua orang yang selama ini mendukung dakwah Islam yakni Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib menghembuskan nafas terakhir. Tahun tersebut dikenal sebagai Amul Huzni (tahun duka cita).
Untuk menghibur nabi-Nya yang bersedih, Allah kemudian memberikan suatu perjalanan luar biasa bagi Rasulullah yang dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj. Isra’ berarti perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sedangkan mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa kemudian naik hingga langit ketujuh. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini diabadikan dalam surat Al-Isra’ ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 1)
Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj hanya dalam waktu semalam, ditemani oleh Malaikat Jibril dengan mengendarai hewan bermama Buraq. Buraq adalah hewan berwarna putih yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal.
Pertama-tama Rasulullah melakukan Isra’ menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem. Sesampainya disana beliau melaksanakan shalat dua rakaat. Setelah itu Jibril datang membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi susu. Rasulullah memilih bejana berisi susu, maka Jibril pun berkata: “Engkau telah memilih yang sesuai fitrah”.
Setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanan Mi’raj menuju langit ketujuh. Di setiap lapisan langit, Rasulullah bertemu dengan para nabi. Di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam, dilangit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf, dilangit keempat bertemu dengan Nabi Idris, dilangit kelima bertemu dengan Nabi Harun, dilangit keenam bertemu dengan Nabi Musa, dilangit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim.
Setelah itu Rasulullah naik lagi ke Baitul Makmur, tempat 70 ribu malaikat melaksanakan thawwaf. Lalu Rasulullah naik lagi ke Sidratul Muntaha. Disana Allah mewahyukan Rasulullah untuk shalat 50 waktu dalam sehari semalam. Setelah itu Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa mengatakan kalau kewajiban shalat 50 waktu itu terlalu berat bagi umat Muhammad. Maka Rasulullah kemudian meminta keringanan kepada Allah. Kewajiban shalat yang semula 50 waktu kemudian diringankan menjadi 5 waktu saja yang kita kerjakan setiap hari.
Selama Isra’ Mi’raj, Rasulullah diperlihatkan beberapa tamsil (perumpamaan) seperti:
- Orang yang suka bersedekah dan berinfaq. Mereka digambarkan seperti orang yang menanam lalu tanamannya panen besar, setelah itu tanamannya tumbuh lagi dan bisa dipanen lagi.
- Sebuah makam yang harum baunya. Itu adalah makam keluarga besar Masyitah yang dimasak hidup-hidup oleh Fir‘aun karena tidak mau mengakuinya sebagai Tuhan.
- Orang yang memakan harta anak yatim, mereka memiliki bibir seperti bibir unta, mereka mengambil sepotong api neraka dengan bibirnya lalu api itu keluar dari duburnya.
- Orang yang memakan harta riba, mereka memiliki perut yang besar hingga mereka susah untuk bergerak.
- Orang yang suka berbuat zina, mereka diberikan daging yang masih segar dan daging yang masih busuk. Tapi mereka lebih memilih makan daging yang sudah busuk.
- Orang yang malas shalat fardhu, mereka digambarkan memukul kepalanya sendiri hingga pecah.
Keesokan paginya, Rasulullah menceritakan kisah Isra’ dan Mi’raj kepada kaum Quraisy. Rasulullah memberi bukti dengan menceritakan tentang kafilah yang beliau temui diperjalanan. Ketika kafilah yang ditemui itu tiba di Mekah, kaum Quraisy menanyakan kafilah itu dan ternyata sama seperti yang dikisahkan Rasulullah. Namun kaum Quraisy tidak mempercayainya, malah menuduh Rasulullah gila.
Yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj saat itu adalah Sayyidina Abu Bakar, sehingga beliau diberi gelar Ash-Shiddiq(yang membenarkan).
Hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa Isra’ Mi’raj adalah:
- Betapa pentingnya shalat fardhu sehingga perintah shalat tidak disampaikan via Malaikat Jibril, melainkan Allah sampaikan langsung di Sidratul Muntaha.
- Peristiwa Isra’ menunjukkan betapa mulianya kedudukan Baitul Maqdis yang merupakan kota suci selain Mekah dan Madinah. Serta menjadi kiblat pertama Umat Islam setelah hijrah ke Madinah.
- Sebagai perjalanan rekreasi/refreshing bagi Rasulullah yang dilanda kesedihan. Serta sebagai sarana untuk menunjukkan beberapa hikmah kepada beliau
- Menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad diantara para nabi lainnya. Nabi Muhammad bertemu dengan para nabi di Baitul Maqdis dan beliau shalat mengimami mereka.
Wallahu a’lam.
Demikian sekilas kisah perjalanan isra’ mi’raj dan ragam hikmah berharga yang bisa kita petik untuk direfleksikan dalam kehidupan saat ini.
Penulis: Ulil Abror
Sumber:
- Abdullah Haidir, Lc. 2009. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Pustaka Elba
- Sejarah Kebudayaan Islam, kelas VII, KEMENTERIAN AGAMA RI, 2015
- M Alvin Nur Choironi. 2017. 11 Golongan yang Ditemui Nabi Muhammad saat Isra dan Miraj. NU.or.id dalam https://islam.nu.or.id/post/read/77330/11-golongan-yang-ditemui-nabi-muhammad-saat-isra-dan-miraj. Diakses pada tanggal 7 Maret pukul 16:30 WIB