Fikroh.com – Banyak hal yang harus dikorbankan oleh Al Fatih agar dapat menaklukan Konstantinopel. Bukan hanya hilangnya banyak harta, pasukan, senjata, tapi juga orang kepercayaannya. Al Fatih mempunyai seorang sahabat dekat, Ulubatlı Hasan.
Hasan bukan hanya sebagai sahabat, ia juga guru pedang terbaik yang dimiliki oleh Al Fatih, pasukan Janissary terhebat, menjadi penasihat, bahkan tangan kanan sang sultan. Pada penalukan Konstantinopel, ia turut serta menjadi pemimpin pasukan kavaleri dan senjata.
Ia juga lah yang pertama kali dapat memanjat dinding tembok benteng Theodosian dengan membawa panji Turki Ottoman di tangannya. Berkat keberaniannya hingga dapat menancapkan panji tersebut di puncak menara, semangat seluruh tentara pun turut terpantik.
Hasan menjadi syuhada perang dalam Penaklukan Kontantinopel setelah dapat menancapkan panji kebanggaan Turki Ottoman di puncak menara benteng, dengan hujaman 27 anak panah di tubuhnya.
Kisah keberanian Hasan diabadikan oleh mendiang penulis asal Amerika Serikat (AS), John Freely, dalam bukunya “The Companion Guide to Istanbul: And Around the Mamara” yang diterbitkan pada tahun 2000 silam.
Saat pasukan Ottoman di bawah komando Sultan Mehmed II melakukan serangan terakhirnya ke benteng Konstantinopel usai Salat Subuh. Setelah sangkakala berbunyi, ribuan pasukan Ottoman bergerak maju ke arah benteng.
Dalam buku tersebut, Hasan memimpin 30 orang anak buahnya untuk bergerak cepat memanjat dinding benteng Konstantinopel. Hanya bermodalkan pedang dan sebuah perisai, serta satu bendera Kesultanan Ottoman, Hasan dan pasukannya jadi yang pertama berhasil memanjat dinding benteng.
Pasukannya pun berjatuhan akibat hujan anak panah yang dilepaskan pasukan Konstantinopel. Meski di bawah hujan anak panah, keberanian Hasan tetap terjaga dan mampu mencapai puncak benteng.
Sayang, meski mampu menggapai puncak benteng tajamnya anak panah pasukan Konstantinopel pun merobek badannya. Freely mencatat, ada 27 anak panah yang menancap di tubuh Hasan yang saat itu masih berusia 25 tahun.
Sebagai seorang perwira militer, Hasan tak menyerah begitu saja. Meski nyawanya sudah hampir hilang, ia tetap berusaha menumbangkan prajurit Konstantinopel di atas Benteng, hingga akhirnya 12 orang anak buahnya tiba dan membantunya.
Sesaat kemudian, bendera merah dengan bulan sabit dan bintang berhasil dikibarkan Hasan di salah satu sudut benteng. Sayang, hanya beberapa saat simbol Islam itu berkibar, tubuh Hasan pun roboh. Hasan pun menghembuskan nafas terakhirnya dan selalu dikenang sebagai salah satu martir Islam yang paling mahsyur dalam sejarah.
Tak cuma Freely yang mengabadikan kisah heroik Hasan dalam bukunya. Sebuah film berjudul “Fetih 1453” yang keluar pada tahun 2012, juga menunjukkan bagaimana keberanian Hasan menunjukkan kekuatan Islam di era itu. Dalam film karya sutradara papan atas Turki, Faruk Aksoy, sosok Hasan diperankan oleh aktor yang juga berasal dari Turki, Ibrahim Celikkol.
Referensi : Berbagai Sumber