Fatwapedia.com – Saya bahkan memutuskan untuk kembali lagi (ke Mali). Tapi setelah mengajak keluarga dan orang yang saya cintai masuk Islam. Karena saya ingin mereka merasakan manisnya apa yang telah saya rasakan dari penyembahan kepada satu-satunya Tuhan, yang tidak memiliki tuhan selain Dia Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, dan saya ingin mereka mendapat kebaikan dunia ini dan akhirat.
Saya juga mengundang Anda untuk masuk Islam dan mengetuk hati Anda dengan agama besar ini, yang merupakan pesan dari semua nabi dan rasul dari zaman Adam dan diakhiri dengan Nabi Muhammad SAW.”
Beredar di media sosial surat yang ditulis Sophie Petronin untuk Presiden Macron. Isinya adalah penjelasan mengapa ia memutuskan bersyahadat.
Salah satunya adalah interaksi yang intens dengan orang-orang Muslim yang ia temui. Kebaikan hati yang ditunjukkan, ketaatan beribadah, hingga ketenangan yang didapat saat mendengar Alqur’an dibacakan, membuat hatinya tergerak untuk mengucap dua kalimat syahadat.
Sengaja ia mengumumkan keislamannya setelah kembali ke Prancis, karena tidak ingin ada yang menganggap keputusan itu diambil di bawah todongan senjata para penculiknya.
Kisah Sophie yang kini menggunakan nama Islam Maryam bukan hal baru. Lebih dari 150 tahun lalu, pahlawan Prancis Napoleon Bonaparte dan pasukannya saat menjajah Mesir pernah mengalami hal serupa.
Tercatat dalam sejarah, salah satu jenderal kepercayaannya, Jenderal Jacques Menou, mendapat hidayah di Negeri Para Kinanah.
Kebaikan hati orang-orang Islam di Mesir, kumandang adzan yang terdengar syahdu, serta aktivitas di bulan Ramadhan, membuatnya jatuh hati.
Setelah bersyahadat ia menggunakan nama Islam Jenderal Abdullah-Jacques Menou dan menikahi seorang wanita Mesir bernama Siti Zoubeida.
Napoleon di Mesir
Bagaimana Napoleon mengizinkan jendral kepercayaannya berpindah keyakinan?
“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”
Jawaban mengejutkan ini termuat dari kutipan wawancaranya di Majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.
Jangankan sekadar mengizinkan jenderalnya berpindah keyakinan, bahkan dengan jelas Napoleon menyatakan bahwa dirinya seorang Muslim.
Jauh sebelum itu, harian resmi Prancis, Le Moniteur Universel (1789-1868) menyebutkan bahwa Napoleon resmi menjadi Muslim pada 1798.
Bukti lainnya adalah pembangunan Arc de Triomphe di Champs Elysees dengan patung kuda menghadap ke timur yang diperintahkan oleh Napoleon jika ditarik garis lurus Voie Triomphale atau jalur kemenangan Prancis ini mengarah ke arah Ka’bah.
Banyak pihak yang membantah kabar ini. Bagaimana mungkin seorang raja Prancis berpindah keyakinan di negeri jajahan. Yang selalu dijadikan bukti adalah upacara pemakaman Napoleon yang menggunakan tata cara Katholik.
Mana yang benar?
Urusan pemakaman adalah urusan orang yang hidup. Bukan orang yang telah mati. Hingga hari ini keislaman Napoleon masih menjadi kontroversi.
Namun sebagaimana kesaksian Sophie, mulianya akhlak Muslim membuatnya mantap berpindah keyakinan. Bukan tak mungkin hal serupa dirasakan Napoleon dan pasukannya. Jenderal Abdullah-Jacques Menou adalah buktinya.