Fatwapedia.com – Bersamaan dengan dikhianatinya satu demi satu butir perjanjian Granada oleh Kerajaan Kristen Spanyol -baik Castille ataupun Aragon-, kaum muslimin mulai digiring ke dalam penyiksaan demi penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi. Berbagai perlakuan keji yang dilakukan Dewan Gereja bersama Mahkamah Inkuisisi itu bertujuan agar kaum muslimin Andalusia meninggalkan agama Islam dan seluruh apa apa yang berbau islam. Berinteraksi menggunakan bahasa Arab dan penggunaan nama-nama yang berbau islam (Arab) dilarang secara total. Berbagai peraturan itu membuat kaum muslimin menggunakan bahasa baru untuk menulis Al Qur’an dan keperluan lainnya. Bahasa perpaduan antara bahasa Kastilia -yang diwajibkan saat itu- dan bahasa Arab atau dikenal dengan bahasa Al Bakhmiyaduh.
Pilihannya hanya 3; murtad, dibunuh, atau diasingkan. Dibawah tekanan para penguasa kerajaan Kristen itu sekitar 300 ribu kaum muslimin memilih menyembunyikan keyakinan yang sebenarnya dan berpura-pura murtad (Morisco). Tak sedikit juga yang lari ke gunung-gunung untuk menghimpun kekuatan dan melawan.
Menjadi Morisco tidak serta merta membuat kaum muslimin aman. Siapa yang ketahuan mandi akan dibawa ke Mahkamah Inkuisisi dan mengalami berbagai penyiksaan. Siapa menghadap kiblat atau ketahuan melakukan salah satu dari ajaran Islam akan dibunuh. Siapa yang ketahuan menulis atau berbicara menggunakan bahasa Arab akan disiksa lalu dibunuh.
Seorang muslimah bernama Idzabal Kalfara yang pada waktu itu baru berusia 20 tahun. Dalam usianya yang sangat muda itu, dia harus menghadapi hukuman dibakar hidup-hidup oleh tentara Nasrani karena tidak memberitahukan kepada Dewan Inkuisisi Spanyol tentang siapa kedua orangtuanya dan siapa saudara-saudaranya.
Saat proses hukuman keji itu, salah seorang Nasrani yang bernama Anado Fefora mengumpat dengan mengatakan, “Dasar perempuan anj*ng Arab!”.
Idzabal Kalfara membalas ucapannya dengan berkata, “Benar! Aku adalah orang Arab. Ayah dan ibuku dari Arab, sehingga aku adalah Arab (muslimah) dan aku akan mati sebagai orang Arab.”
Di Valencia, ada 129 perempuan Moor dan 73 laki-laki muslim dibakar hidup-hidup. Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, 70% kaum muslimin yang dibakar di daerah La Carlo pada seperempat terakhir abad ke-16 adalah Muslimah. Dari sini dapat diketahui bahwa unsur perempuan lebih dominan menjadi sasaran empuk bagi penerapan setiap sistem penindasan dan penyiksaan (terbukti juga dengan banyaknya alat penyiksaan khusus wanita yang ditemukan di ruang-ruang rahasia bawah tanah).
Ada pula kisah seorang pemuda yang bernama Khawan Cobaniro dari Zaragoza, anggota tubuhnya dipotong sedikit demi sedikit selama perang 1582 M. Khawan Cobaniro diperlakukan demikian karena dia bersabar dan gigih mempertahakan keimanannya. Tatkala proses penyiksaannya berlangsung, salah seorang bangsa Moor berteriak, ‘Aku adalah Arab, sampai tulang sumsumku!”
Beberapa ilustrasi alat penyiksaan yang ditemukan tentara Napoleon saat menyisir ruang bawah tanah salah satu gereja di Spanyol. Alat-alat yang digunakan Dewan Gereja dan Mahkamah Inkuisisi untuk menyiksa kaum muslimin dan penggunaanya yang begitu keji.
Spanish Tickler
Alat ini dipakai untuk menggaruk punggung korban yang akan membuat kulit tercabik-cabik dan terkelupas hingga ke tulang.
Iron Maiden/Gadis Besi/Peti Putri Cantik
Penyiksaan ini menggunakan peti yang di pinti bagian dalamnya terdapat pisau-pisau tajam. Seorang pemuda akan dimasukkan ke dalam peti kemudian pintu peti ditutup. Seiring rapatnya pintu peti, pisau-pisau yang tajam akan mencabik-cabik dan memotong tubuh korban.
The Rack
Tangan dan kaki korban diikat dengan tali dalam arah yang berlawanan dan ditarik secai paksa oleh alat sampai tubuh korban hancur dan terbelah meniadi 2
Spanish Spider
Alat ini merupakan satu alat yang amat Keji diantara alat-alat penyiksaan yang ada di ruang-ruang rahasia Mahkamah Inkuisisi Spanyol untuk menyiksa para Muslimah Andalusia.
Sebelum digunakan, alat penyiksa ini dipanaskan terlebih dahulu. Setelah itu, ditempelkan ke area dada korban untuk mencengkeram, kemudian ditarik hingga dada korban tercerabut.
Pear of Anguish
Satu lagi alat keji yang dipakai Mahkamah Inkuisisi untuk menyiksa para muslimah. Alat ini akan dimasukkan ke organ vital dan nantinya akan mekar layaknya kelopak bunga dan mengoyak organ vital.
Pengait
Di dalam ruangan yang dimasuki pasukan Napoleon terdapat pengait besar yang digunakan untuk menyiksa. Pengait itu ditancap pada lidah korban, kemudian ditarik hingga lidahnya lepas.
Keledai Spanyol
Alat penyiksaan yang lain, yang berada di ruang Mahkamah Inkuisisi adalah keledai Spanyol atau cavaletto sguarciapalle. Korban alat ini kebanyakannya adalah wanita.
Keledai spanyol merupakan sebongkah kayu berbentuk huruf V terbalik dan bagian atasnya sangat tajam, setelah korban didudukkan diatas alat ini beban diikat di bagian bawah kakinya dan tetap dalam keadaan seperti itu sampai terbelah dua, mungkin memakan waktu yang cukup lama sampai tubuh korban terbelah.
Oleh: Abdurrahman Al Buthony
Bacaan lebih lanjut buku An-Nawazil al-Kubro fi At-Tarikh Al-Islamy yang ditulis oleh Dr. Fathi Zaghrut