Sejarah Kemunculan Jamaah Salafi di Tiongkok

Kemunculan Jamaah Salafi di Tiongkok

Fatwapedia.com – Setelah melalui perjalanan pahitnya, ajaran Yihewani yang bercorak Reformis mulai berkembang dan diterima oleh muslim Tiongkok, terlebih setelah adanya dukungan penguasa seperti Ma Bufang, jenderal Kuomintang sekaligus Gubernur Gansu waktu itu. Namun di kemudian hari, dari kelompok Yihewani muncul gerakan pembaharuan lain yang kita kenal dengan Jamaah Salafi (赛莱菲耶; Sàiláfēiyé). 

Berbeda dari Yihewani yang terikat pada Mazhab Fiqh Hanafi dan Akidah Maturidiyyah serta mengamalkan Tasawuf, kelompok Salafi ini selain menolak Tarekat sufi dan tradisi kaum tradisionalis, mereka menolak pula untuk terikat pada Keempat mazhab maupun Akidah Asy’ariyyah-Maturidiyyah kendati terpengaruh mazhab Hanbali pada segi Fiqih. Alasan mereka, karena hal hal tersebut tidak ada di zaman Nabi.

Telah lumrah di kalangan muslim Tionghoa baik dari salafiyyin ataupun akademisi lain, bahwa kemunculan faham Salafi di Tiongkok bermula ketika Ma Debao dan Yunus Ma Zhengqin berangkat ke Mekkah untuk berhaji bersama 123 Imam Yihewani lainnya tahun 1936 yang dipimpin Ma Lin. Keadaan Kerajaan Saudi Arabia saat itu lumayan kondusif, ajaran Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berdasarkan pengajaran Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab telah diajarkan di Haramain. Ma Debao dan Ma Zhengqin tertarik dengan pemikiran para ulama Reformis itu sehingga ia memperdalam kitab-kitab Hadits yang ditafsirkan ulama salafiyah dan membawanya ke Tiongkok.

Sepulang berhaji kedua ulama Yihewani itu mendakwahkan apa yang mereka dapat kepada kelompok Yihewani di Linxia. Sosok kharismatik Ma Debao sebagai Imam Baizhuang ( 尕白莊; Gǎ Báizhuāng) dan Ma Zhengqin yang dipandang sebagai ulama sepuh ( 老阿林; Lǎo Ālín ) membuat dakwah salaf diterima banyak kalangan. Setelah dirasa dakwah mereka cukup berkembang, pada pertengahan April 1950 Ma Debao dan Ma Zhengqin memutuskan untuk mengajak para Ahong Yihewani di daerah Bafang untuk menyebarkan dakwah salaf saat khutbah Jum’at. Tetapi hal itu menemui kegagalan karena banyak Ahong menolak, menurut mereka apa yang diajarkan Ma Wanfu telah sempurna, tak bisa diubah-ubah seenaknya.

kelompok Yihewani bahkan balik menyerang argumentasi Ma Debao dan Ma Zhengqin. Kedua Ahong itu dituduh mengkhianati persaudaraan Yihewani, melakukan bid’ah (  异端; Yì duān ), mengajarkan kultus menyimpang ( 邪教;  Xié jiào ) dan mengikuti ajaran tak dikenal ( 外道; Wài Dào ). Maka Ma Debao memisahkan diri dari kelompok Yihewani dan membentuk jamaah Salafi yang masih sedikit itu di masjid Xinwang. Ma Bufang yang cenderung otoriter menindas jemaah baru ini dan mengekang ruang dakwah mereka karena takut akan meresahkan.

Setelah Komunis Tiongkok berkuasa, jamaah Salafi dapat kembali berdakwah dan menjadi sekte Islam paling cepat berkembang sehingga tersebar di kawasan mayoritas muslim seperti Gansu, Qinghai, dan Xinjiang hingga daerah metropolitan semisal Beijing dan Hongkong, terlebih mereka mendapat bantuan dari organisasi muslim di Saudi Arabia. Walaupun demikian penderitaan belum selesai, sampai saat ini diskriminasi masih dirasakan oleh jamaah Salafi Tiongkok. Bukan hanya konflik dengan sesama muslim dalam hal syari’at, tampilan ataupun gaya masjid mereka yang bisa dibilang kearab-araban membuat masyarakat biasa beranggapan bahwa jamaah ini adalah muslim fundamentalis sehingga menjadi cemoohan para islamophobic ( 穆黑; Mùhēi ).

Begitupun pemerintah Tiongkok yang salah mengira mereka adalah agen asing atau pembawa gerakan politik luar negeri sehingga banyak dari masjid mereka dihancurkan kubahnya karena terlalu ngarab. Maka jamaah Salafi dengan didukung organisasi muslim luar negeri mencoba mengenalkan bagaimana manhaj salaf sesungguhnya kepada masyarakat Tiongkok. Jamaah salafi yang terbilang kreatif ini membuka lahan dakwah baru mulai dari website islami, organisasi dakwah, dan berbagai karya cetak yang disebarkan di seluruh negeri Tirai bambu. Wallahu A’lam Bisshawab.

Oleh: Abu Bakar Ibn Ghazali Al-Kailandari

Referensi:

  • Basuki, Novi. 2020. Islam di China dulu dan kini. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
  • Dillon, Michael. 2013. China’s Muslim Hui Community. London:  Routledge and CRC Press.
  • Ma Tong. 2000. Zhongguo Yisilan Jiaopai yu Menhuan Zhidu Shilue. Ningxia: Ningxia Renmin Chuban She.

Leave a Comment