Fatwapedia.com – Kitab yang membahas ilmu tajwid yang terkenal di seluruh penjuru negeri Islam adalah kitab yang ditulis oleh al-Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad yang ma’ruf dengan sebutan ibnul Jazariy (w. 833 H) rahimahullah, yang merupakan mukadimah (pengantar) terkait apa saja yang wajib diketahui oleh pembaca Al-Qur`an yang harus dipelajarinya. Kitab ini sering disebut oleh para ulama dengan nama “Al-Muqaddimah al-Jazariyyah” atau “al-Matan al-Jazariyyah”.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Al-Qur`an turun dengan bahasa arab yang sangat jelas kepada RasulNya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang juga berbahasa arab fasih dan juga kepada kaumnya pada waktu itu yang bahasanya juga sama, sekalipun risalah Qur`an umum kepada seluruh manusia dan jin tidak terbatas tempat dan juga zaman, semenjak diutusnya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Awalnya tidak ada kesulitan bagi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, generasi pertama Islam didalam melafazhkan huruf-huruf Al-Qur`an, karena itu adalah ucapan sehari-hari mereka, tidak ada kesulitan sama sekali didalam mengeluarkan huruf-hurufnya sesuai dengan makhraj dan sifat hurufnya. Kemudian setelah dakwah bertambah luas dan agama Islam dipeluk oleh bangsa-bangsa lain, mulai timbul kesulitan pada sebagian mereka didalam mengucapkan huruf-huruf tersebut, karena dalam bahasa sehari-hari mereka, huruf-huruf tersebut tidak dikenal dan dibiasakan diucapkan oleh mereka, oleh sebab itu bangkitlah para ulama Islam untuk mengajarkan pelafalan yang betul dan tepat, sesuai dengan awal pertamakali diturunkan. Hal ini terus diajarkan dengan sistem talaqiy secara tatap muka secara langsung, dari generasi ke generasi seterusnya sampai ke masa kita sekarang ini. Para ulama juga berkhidmat kepada kaum Muslimin dengan membakukan dan menerangkan kaedah-kaedah tersebut yang kemudian dikenal dengan nama ilmu tajwid dalam kitab-kitab mereka. Diantara ulama yang telah mengerahkan usaha maksimal dalam mengetengahkan hal ini adalah al-Imam Muhammad ibnul Jazariy rahimahullah.
Beliau menyusun kaedah-kaedah tajwid dengan menggubah syair atau nadhoman dalam bidang ini yang dikenal dengan al-Muqaddimah al-Jazariyyah. Dalam ilmu syair, nadhoman beliau menggunakan bahr rijaz, yaitu salah satu wazan syair yang telah dikenal sejak dahulu oleh bangsa arab.
Kitab beliau ini terdiri dari 107 bait berdasarkan tashih dari DR. Aiman Rusydi hafizhahullah, salah satu pakar ulama qira`ah yang masyhur di dunia islam. Namun sebagian ulama ada yang menambahkan dua bait lagi sebagai penutup sehingga jumlahnya menjadi 109.
Kitab ini beliau rampungkan pada tahun 798 H, ada 15 bab yang dibahas dalam kitab beliau ini, yang mencakup pondasi utama dalam ilmu tajwid. Sebenarnya Imam ibnul Jazariy tidak membuat judul-judul bab dalam nadhomannya ini, namun yang meletakkannya adalah para pensyarah atau pentahqiq mandhumahnya, sehingga tidak tertutup kemungkinan ada beberapa judul bab yang berbeda satu sama lainnya.
Para ulama setelah masa beliau banyak yang membuat syarahan atas kitab beliau ini, diantara yang masyhur adalah syarah yang ditulis oleh al-‘Allâmah Zakariya al-Anshoriy yang notabene adalah cucu murid al-Imam ibnul Jazariy dan bisa dikatakan sanad kitab matan al-jazariyyah ini, melewati beliau, sebagaimana sanad yang dimiliki oleh para masyaikh kami hafizhahumullah. Zakariya al-Anshoriy rahimahullah adalah ulama multi disiplin ilmu, yang menonjol kepakarannya dalam berbagai cabang keilmuan islam, sehingga sebagai ulama menjuluki beliau dengan Syaikhul Islam dan beliau ma’ruf sebagai salah satu Aimah Syafi’iyyah pada zamannya. Diantara keunggulan syarah beliau atas matan al-Jazariyyah, beliau memiliki naskah yang pada sebagian kata di bait-bait yang ditulis oleh Imam Ibnul Jazariy ada perbedaan lafazhnya dari naskah-naskah lainnya. Insya Allah, jika dimudahkan oleh Allah akan kita bandingkan naskah-naskah tersebut dengan tashih asy-Syaikh DR. Aiman dan Syaikhunâ pemberi ijazah sanad, agar mendapatkan faedah yang lain atas syarahan terhadap matan al-Jazariyyah.
Banyak juga para ulama yang menulis tentang ilmu tajwid, kemudian mereka menyusun dengan bahasa yang mereka anggap lebih mudah untuk sasaran pembacanya, kemudian syair-syair matan al-Jazariyyah dan juga matan kitab tajwid lainnya, seperti tuhfah al-Athfâl, sebagai dalil atas keterangan yang mereka ketengahkan kepada pembacanya, karena memang al-Imam ibnul Jazariy oleh para ulama dalam fan ilmu ini adalah hujjah disisi mereka, beliau adalah hujjatul qura`, laksana Bukhari hujjah dalam ilmu hadits. Imam al-Albani tatkala menanggapi pernyataan al-Imam Ibnul Jazariy bahwa membaca Al-Qur`an dengan tajwid adalah suatu keharusan, yang mana pelakunya berdosa apabila tidak melakukannya, maka al-Albani rahimahullah berkata :
فهو إذا قال هذه الكلمة وجب اتباعه عليها باعتبار أن ربنا عزوجل يأمرنا بذلك في عموم قوله عزوجل (( فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُون ))
“Maka jika beliau benar-benar mengatakan seperti itu, wajib mengikutinya, dengan pertimbangan Rabbunâ Azza wa Jalla memerintahkan kita dalam keumuman FirmanNya Azza wa Jalla : “bertanyalah kepada ahlu dzikr (orang yang memiliki pengetahuan), jika kalian tidak mengetahuinya.”
Oleh: Abu Sa’id Neno Triyono