Fatwapedia.com – Sebuah kitab yang berisi penjelasan hadits-hadits pilihan. Fikih merupakan bidang pembahasan kitab ini. Nailul Authar, sebuah kitab yang ditulis oleh seorang ahli di bidangnya, Asy-Syaukani rahimahullah. Judul lengkapnya adalah “Nailul Authar Syarhu Muntaqal Akhbar min Ahaditsi Sayyidil Akhyar.” Kurang lebih maknanya adalah, “Menggapai keinginan, penjelasan kitab Muntaqal Akhbar (berita pilihan) dari hadits-hadits pemuka orang yang terpilih.” Dari judulnya saja sudah bisa kita tebak bahwa kitab ini adalah penjelasan dari sebuah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ya, Nailul Authar merupakan penjelasan dan perincian dari hadits-hadits yang termaktub di dalam kitab “Al Muntaqa fil Ahkamisy Syar’iyyah min Kalami Khairil Bariyyah”. Sebuah karya besar dari seorang ulama yang bernama Majdudin Abul Barakat Abdus Salam bin Abdillah bin Al Khadir bin Muhammad bin Ali Al Harraani Ibnu Taimiyyah. Beliau merupakan kakek dari Ahmad bin Abdil Halim Ibnu Taimiyah, yang sering kita dengar disebut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Pilihan hukum-hukum syariat dari ucapan sebaik-baik manusia.” Kurang lebih itulah arti dari judul kitab tersebut.
Nailul Authar ditulis oleh Asy-Syaukani. Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdillah bin al Husain. Asy-Syaukani merupakan nisbah kepada Syaukan, sebuah perkampungan atau daerah yang terletak di wilayah As Suhamiyyah. Suhamiyyah sendiri merupakan salah satu qabilah al Haulan. Ia terletak sekitar satu hari perjalanan (dengan unta) dari Shan’a, ibu kota Yaman. Asy Syaukani dilahirkan pada tanggal 18 Dzulqa’dah pada tahun 1173 H dan wafat pada bulan Jumadal akhirah pada tahun 1250 H.
Karena Nailul Authar merupakan kitab penjelasan kitab Al Muntaqa, maka susunannya pun mengikuti kitab Al-Muntaqa. Di awalnya, kitab Nailul Authar menjelaskan mukadimah kitab Al Muntaqa. Penulis juga memberikan mukadimah dan menyebutkan secara singkat biografi penulis Al Muntaqa. Beliau sebutkan pula beberapa kalimat pujian para ulama untuk penulis Al Muntaqa. Lalu beliau sebutkan biografi para penulis kitab-kitab induk hadits yang menjadi sumber rujukan dari kitab Al Muntaqa seperti kitab Shahih Al Bukhari dan Muslim, Musnad Imam Ahmad, Kitabul Jami’ karangan Abu Isa At Tirmidzy (yang sering disebut dengan Sunan At-Tirmidzi), Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Ibnu Majah.
Menjadi kebiasaan penulis dalam setiap menjelaskan hadits, beliau menjelaskan beberapa makna kalimat dalam hadits sebelum membahas kandungan-kandungan hadits tersebut. Pembahasan kitab Nailul Authar pada setiap kitabnya berkisar tentang makna secara bahasa dan makna secara syar’i, juga disebutkan takhrij (sumber riwayat hadits tersebut) dari kebanyakan hadits yang sedang dibahas.
Terkadang beliau membahas dengan pembahasan yang panjang lebar dan terkadang dengan ringkas. Tergantung dari kebutuhan. Penulis juga sering kali menyebutkan silang pendapat para ulama serta menyebut argumen masing-masing. Kemudian beliau memilih atau merajihkan satu pendapat yang menjadi kecondongan beliau.
Juz pertama dari kitab ini membahas tentang kitab thaharah (bersuci). Kitab thaharah sendiri terdiri dari kurang lebih 125 bab. Kemudian diikuti kitab tayammum, lalu kitab nifas dengan jumlah bab berbeda satu sama lain. Pada jilid yang kedua membahas kitab shalat dan libas (pakaian). Pada jilid 3 masih pada bab-bab shalat, kitab shalatul maridh (orang yang sakit), kemudian kitab Al ‘Idain (dua hari raya ‘id) dan kitab shalatul khauf. Pada jilid yang keempat membahas kitab janaiz, kitab zakat dan kitab shiam dan kitabul I’tikaf, kitab manasik. Demikian seterusnya dengan total seluruhnya ada 46 kitab. Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 14 vol. 2 1435H/2014M, rubrik Maktabah. Pemateri: Ustadz Abu Abdirrahman Huda.