Fatwapedia.com – Ayat ini berbicara tentang orang-orang yang berdoa memohon keistiqomahan, maka mereka akan memiliki ketenangan bathin, tidak ada rasa takut dan sedih hati. Ia akan senantiasa dibela oleh Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
“Sesungguhnya Orang-orang mukmin berkata: “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun. Di akhirat kelak para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Kalian jangan takut dan jangan bersedih. Bergembiralah kalian dengan surga yang dijanjikan kepada kalian. Kamilah pembela-pembela kalian ketika kalian hidup di dunia dan di akhirat. Di akhirat, kalian akan mendapatkan apa saja yang kalian inginkan, dan kalian juga akan mendapatkan apa saja yang kalian minta. Kalian mendapatkan hidangan yang datang dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.”
Tafsir Ayat:
Sesunggunya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah”, tiada sekutu baginya. Apabila ia ridho dengan ucapan ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menghapus dosanya, sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya (no. 386) dari Sa’ad bin Abi Waqqoosh rodhiyallahu anhu dari Nabi sholallahu alaihi wa salam, Beliau bersabda :
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
Barangsiapa yang mengatakan ketika mendengar muadzin : “aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah saja, tidak ada sekutu baginya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, aku ridho Allah sebagai tuhan, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agama. Niscaya akan diampuni dosanya.
Dalam riwayat lain, surgalah yang menjadi balasannya, sebagaimana yang dicatat oleh Imam Abu Dawud dari Abu Sa’id al-Khudriy bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda :
مَنْ قَالَ: رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
Barangsiapa yang mengatakan : aku ridho Allah sebagai tuhan, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agama. Wajib baginya mendapatkan surga (dishahihkan oleh Imam Al Albani).
Kemudian orang tersebut istiqomah terhadap ucapannya, yakni tidak sekedar ucapan namun juga perbuatan, sebagaimana dinukil az-Zamakhsyariy dalam tafirnya yang berjudl al-Kasyaaf dari Abu Bakar ash-Shidiq rodhiyallahu anhu yang berkata :
استقاموا فعلا كما استقاموا قولا
Istiqomalah kalian dalam perbuatan, sebagaimana kalian beristiqomah dalam ucapan.
Sikap istiqomah dalam tauhid tanpa mencampur adukan dengan kesyirikan, sampai akhir hayat, sebagaimana perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat al-Hijr :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS. Al Hjr : 99).
Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqofiy rodhiyallahu anhu pernah meminta nasehat khusus kepada Rasulullah sholallahu alaihi wa salam terkait perkara apa yang harus ia pelihara, kata beliau :
يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ، قَالَ: «قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ»
Wahai Rasulullah beritahukan kepadaku sebuah perkara yang harus aku jaga?, Nabi sholallahu alaihi wa salam menjawab : “katakanlah Rabbku Allah, lalu istiqomahlah” (dishahihkan oleh Imam Al Albani).
Istiqomah adalah sikap konsisten diatas kebenaran baik secara lahir maupun secara batin, bahkan Nabi sholallahu alaihi wa salam sendiri Allah Subhanahu Wa Ta’ala perintahkan untuk beristiqomah dalam Firman-Nya :
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Huud : 112).
Niscaya malaikat akan turun ketika orang-orang yang beristiqomah ini diwafatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun bisa jadi malaikat lainnya akan turun kepadanya selama ia hidup ketika mampu mewujudkan keistiqomahan dalam hidupnya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya (no. 2750) dari Handholah al-Usayyidiy rodhiyallahu anhu beliau berkata :
لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: كَيْفَ أَنْتَ؟ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ: قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ مَا تَقُولُ؟ قَالَ: قُلْتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يَا رَسُولَ اللهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «وَمَا ذَاكَ؟» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي، وَفِي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً» ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
suatu ketika Abu Bakar menemuiku dan berkata, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Hanzhalah mengatakan; maka aku katakan, ”Hanzhalah telah menjadi munafik.” Abu Bakar mengatakan, “Subhanallah! Apa yang kamu ucapkan?” Hanzhalah menjawab; ku katakana, “ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw. Beliau mengingatkan kepada kami mengenai neraka dan surga sampai seolah-olah kami benar-benar bisa melihatnya secara langsung denga mata kepala kami saat itu. Namun, ketika kami sudah meninggalkan majelis Rasulullah Saw maka kami pun sibuk bersenang-senang dengan istri-istri dan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan kami sehingga kami banyak lupa.” Abu Bakar menjawab, ”Demi Allah, aku pun menjumpai perkara yang serupa.” Maka aku bersama Abu Bakar beranjak menemui Rasulullah Saw. dan aku katakana di hadapan beliau, “Hanzhalah telah menjadi munafik wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah Saw mengatakan, “Apa yang kamu maksudkan?” Aku katakana, “Wahai Rasulullah, ketika kami berada di sisimu anda mengingatkan kami mengenai neraka dan surga sampai itu semua seolah-olah tampak di depan mata kepala kami, lalu ketika kami meninggalkan majelismu maka kami pun sibuk bersenang-senang dengan istri-istri dan anak-anak serta pekerjaan sehingga melupakan kami banyak hal.” Maka Rasulullah Saw menjawab, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian selalu berada dalam kondisi sebagaimana ketika berada di sisiku dan terus menerus sibuk dengan dzikir, niscaya para malaikat pun akan menyalami kalian di atas tempat pembaringan dan di jalan-jalan kalian. Namun wahai Hanzhalah, ada kalanya begini dan ada kalanya begitu.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Malaikat tersebut mengatakan : “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Malaikat senantia memberi motovasi kepada orang yang istiqomah agar jangan merasa takut dengan apa yang akan dihadapi dan jangan merasa bersedih terhadap apa yang sudah berlalu. Hal ini akibat sikap istiqomahnya dalam beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana Firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Al Baqoroh : 62).
Dan malaikat tersebut juga senantiasa memberi kabar gembira dengan surga yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang istiqomah dan senantiasa beriman kepada Allah. Sebagaimana Firman-Nya :
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS. Al Hadiid : 21).
Malaikat tersebut juga mengatakan agar membuat nyaman orang yang senantiasa istiqomah, bahwa mereka adalah pelindungnya di dunia dan akhirat, karena memang orang-orang yang beriman walinya Allah, Rasul, Malaikat dan kaum mukminin secara umum.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung (QS. Muhammad : 11).
Dalam riwayat shahihain dari ‘Amr bin al-‘Ash rodhiyallahu anhu bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda :
أَلَا إِنَّ آلَ أَبِي، يَعْنِي فُلَانًا، لَيْسُوا لِي بِأَوْلِيَاءَ، إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya keluarga bani fulan bukanlah waliku, namun yang menjadi waliku adalah Allah dan orang-orang yang beriman yang sholih.
Didalam surga orang yang istiqomah dalam keimanan mendapatkan apa yang mereka inginkan seperti buah-buahan, sebagaimana dalam Firman-Nya :
وَفَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ
Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini (QS. Mursalaat :42).
Kenikmatan itu semua disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun kepada Hamba-Nya yang senantiasa istiqomah dalam keimanan dan kembali bertaubat kepada-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat (QS. Huud : 3).
Mari kita mohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keridhoan serta surganya yang sangat luas, sebagaimana diajarkan oleh Nabi kita Muhammad sholallahu alaihi wa salam :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ
Ya Allah aku mohon kepada-Mu surga dan apa saja yang mendekatkan kepada surga baik ucapan maupun perbuatan dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa saja yang mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun perbuatan (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani).