Tafsir Surat Al Baqarah ayat: 13, Kandungan, Makna dan Keutamaan

Tafsir Surat Al Baqarah ayat: 13, Kandungan, Makna dan Keutamaan

Oleh: DR. Ahmad Zain An Najah, MA
Fatwapedia.com – Kandungan surat Al Baqarah ayat ke 13 adalah menceritakan watak orang-orang munafik. Diantara karakter orang munafik menurut ayat ini adalah bodoh, namun mereka tidak menyadari kebodohannya. Inilah penjelasan dan tafsir selengkapnya dari ayat 13 surat al Baqarah.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ ١٣ 
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Qs. al-Baqarah: 13)
Pengertian “Sufaha”
Sufaha’ jama’ dari “Safih” yang berasal dari akar kata (sa-fi-ha)  artinya adalah orang yang akalnya belum sempurna sehingga tidak boleh diberi tanggung jawab memegang keuangan.
Arti (sufah) secara Bahasa adalah sesuatu yang ringan dan remeh.
Sebagian ulama mengartikan (safih) adalah orang yang belum dewasa.
Kata “sufaha” juga disebut di dalam firman Allah,
وَلَا تُؤۡتُواْ ٱلسُّفَهَآءَ أَمۡوَٰلَكُمُ ٱلَّتِي جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمۡ قِيَٰمٗا وَٱرۡزُقُوهُمۡ فِيهَا وَٱكۡسُوهُمۡ وَقُولُواْ لَهُمۡ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا ٥  
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Qs. An-Nisa’: 5)
Safih juga disebut di dalam firman-Nya,
فَإِن كَانَ ٱلَّذِي عَلَيۡهِ ٱلۡحَقُّ سَفِيهًا أَوۡ ضَعِيفًا أَوۡ لَا يَسۡتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلۡيُمۡلِلۡ وَلِيُّهُۥ بِٱلۡعَدۡلِۚ … 
“….Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur..” (Qs. Al-Baqarah: 282)
 
Dari dua ayat di atas, disimpulkan bahwa (safih / sufaha) adalah orang-orang yang belum sempurna akalnya di dalam memegang keuangan, walaupun firman Allah dalam surata Al-Baqarah ayat 13, maknanya lebih umum.
Safih dan Jahil
Kalau (safih) diartikan orang yang belum sempurna akalnya , maka (jahil) diartikan sebagai orang yang bodoh. Keduanya walaupun dalam penggunaannya berbeda, tetapi maknanya ada kemiripan, yaitu sama-sama mempunyai kekurangan dalam akal.
Di dalam Al-Qur’an disebut kata (jahil)
(A) Firman-Nya,
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤ 
“Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (Qs. Az-Zumar: 64)
Ayat di atas menunjukkan, bahwa jahil adalah orang-orang yang menyembah selain Allah.
(B) Firman Allah,
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِۖ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٣٣ 
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.” (Qs. Yusuf: 33)
Ayat di atas menunjukkan bahwa (jahil) adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah dengan melakukan perzinaan.
(C) Firman Allah,
قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيۡسَ مِنۡ أَهۡلِكَۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيۡرُ صَٰلِحٖۖ فَلَا تَسۡـَٔلۡنِ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۖ إِنِّيٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٤٦ 
“Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.” (Qs. Hud: 46)
Ayat di atas menunjukkan bahwa (jahil) adalah orang yang meminta kepada Allah sesuatu yang dia sendiri tidak punya ilmu di dalamnya. Dalam hal ini, meminta ampun anaknya yang mati dalam keadaan kafir.
(D) Firman Allah,
إِنَّمَا ٱلتَّوۡبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٖ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ١٧   
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisa’: 17)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang bermaksiat itu dalam keadaan bodoh ( بِجَهَٰلَةٖ ).
Oleh karena itu, sebagian ulama menyatakan:
“إنما العلم الخشية”
“Sesungguhnya hakikat ilmu adalah rasa takut kepada Allah (sehingga dia menjauhi maksiat)”.
Hakikat kebodohan itu adalah tidak takut kepada Allah (untuk berbuat kemaksiatan).
Ini sesuai dengan hadist
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ
“Ya Allah berikan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang bisa menghalangi kami dari berbuat maksiat kepada-Mu.”
Di dalam hadist disebutkan ,
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله
“Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi, 2383)
Hadist di atas menunjukkan bahwa orang yang Al-‘Ajiz (bodoh) adalah orang yang lupa akhirat, sehingga hidupnya selalu mengikuti hawa nafsunya.
Kesimpulannya :
Dari ayat-ayat dan hadist di atas, dan dari keterangan sebelumnya, bisa disimpulkan sebagai berikut:
Kata (Safih) dan (Jahil) makna keduanya hamper mirip, yaitu orang yang kurang dalam akalnya, hanya saja (safih) banyak digunakan untuk orang yang belum cakap di dalam membelanjakan harta.
Kata (Safih) dan (Jahil) dalam Al-Qur’an kadang digunakan untuk menyebut orang yang bermaksiat; seperti berbuat syirik, berzina, mengikuti hawa nafsu, dan perbuatan maksiat lainnya.
Inilah yang  dimaksud firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 13 di atas. 
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ ١٣ 
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Qs. Al-Baqarah: 13)
Maksudnya bahwa orang-orang munafiklah sesungguhnya yang “bodoh” tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak tahu akibat tidak beriman adalah mendapatkan adzab yang pedih di neraka. Wallahu A’lam.
Demikian tafsir Surat al Baqarah ayat 13 beserta pokok kandungan, keutamaan dan ajaran yang terkandung tentang sifat orang Munafik yang bodoh.

Leave a Comment