Fikroh.com – Diantara keistimewaan ummat Nabi Muhammad adalah dilipatgandakan amal kebaikan sampai ratusan kali lipat. Sehingga meskipun umurnya pendek namun pahalanya melebihi umurnya. Lailatul qadr adalah buktinya, hanya melakukan ibadah satu malam pahalanya lebih baik dari seribu bulan atau setara kurang lebih 83 tahun untuk ibadah. Maa syaa Alloh, Inilah kasih sayang Alloh kepada kita yang tidak diberikan pada ummat lainnya. Untuk lebih jelasnya kita simak saja keutamaan lailatul qadr, seperti yang terdapat dalam surat al-qadr 1-5 berikut ini.
Allah -subhanahu wa ta`ala- berfirman:
(إنَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ {1} وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ {2} لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3} تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ {4} سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ {5})
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.(4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (5). (Al-qadr, 1-5)
Surat yang mulia ini mengandung beberapa keutamaan bagi malam ini [At-Tashiil li at-Ta`wiil karya Syaikh kami Mushthofa al-‘Adawy (Juz ‘Am 2/448)]:
Allah -`azza wa jalla- menurunkan al-Qur`an di alam ini sebagaimana firman-Nya:
(إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ)
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [Al-Qur’an, Surat Ad-Dukhan: 3]
Allah -`azza wa jalla- mengagungkan dengan menyebutkannya dengan firmanNya:
(وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر)
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Sesungguhnya ibadah di saat itu lebih baik daripada ibadah selama 1000 bulan tanpa lailatul qadar di dalamnya.
Sesungguhnya malaikat turun di malam ini, dikatakan bahwa mereka turun dengan rahmat, berkah dan ketenangan. Ada juga yang mengatakan: turun dengan perkara yang telah ditetapkan dan ditakdirkan Allah untuk setahun tersebut. Sebagaimana firman-Nya:
(فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {4} أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ {5})
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul. (Al-Qur’an, Surat Ad-Dukhan 4-5)
Sesungguhnya keamanan dan keselamatan diberikan kepada orang yang beriman di malam ini dan salam dari para malaikat terus-menerus diberikan kepada mereka.
Dari Abu Hurairah dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)
Bagi siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bagi siapa menghidupkan lailatur qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2014) dan Muslim (759)]
Kapan terjadinya lailatul qadar?
Tak diragukan bahwa Lailatul Qadar ada pada bulan Ramadhan berdasarkan firman Allah -subhanahu wa ta`ala-:
(إِنَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. [al-Qadr: 1]
Dengan firman-Nya:
(شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ)
Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Qur`an. [Al-Baqarah: 185]
Adapun dalam penentuannya, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: Banyak perselisihan di antara ulama tentang lailatul qadar dan kami mengumpulkan ada lebih dari 40 pendapat. (kemudian beliau menyebutkan pendapat-pendapat tersebut dan dalil-dalil yang digunakan oleh yang berpendapat dengannya). [Fathu al-Baary (4/309)]
Kebanyakan berpendapat terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Abu Sa`id al-khudry bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
Maka carilah di 10 hari terakhir (ramadhan)[Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2018)]
Kebanyakan mereka berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir tersebut berdasarkan sabda Nabi:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
Kejarlah lailatul qadar di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhhir (ramadhan). [Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2017)]
Juga kebanyakan berpendapat bahwa itu pada malam ke 27. Pendapat ini adalah perkataan sejumlah Sahabat dan Ubay bin Ka’ab memastikan bahkan bersumpah dengan pendapat ini sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim. [Shahih Muslim (762) dan At-Tirmidziy (3351)]
Penulis berkata: Yang tampak bagiku bahwa dipastikan lailatul qadar ada pada 10 hari terakhir di malam-malam ganjil dan berganti-ganti di malam-malam itu. Lailatul qadar tidak selalu terjadi pada malam ke 27, karena yang disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab adalah pada tahun itu terjadi di malam ke 27 dan bukan setiap tahun. Hal ini ditunjukan bahwa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mendapati lailatul qadar di malam ke 21 sebagaimana dalam hadtis Abu Sa`id bahwa Nabi berbicara dengan mereka dan bersabda:
(إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثم أُنْسِيتُهَا ، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مفي الوِتْرٍ، وَإِنِّي رأِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ)
Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku lailatul qadar, kemudian Allah menjadikan aku lupa dengannya. Maka carilah malam bernilai di 10 malam terakhir di malam-malam ganjil. Dan sesungguhnya aku melihat diriku sujud di atas air dan tanah.
Abu Sa`id berkata: Turun hujan di malam ke 21 hingga masjid menjadi becek di tempat shalat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka aku melihat beliau ketika usai shalat shubuh dan wajah beliau basah dengan tanah dan air. [Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2017)]
Inilah yang ditunjukan oleh hadits-hadits mengenai malam bernilai. Allah Maha Tahu.
Perahasiaan Lailatul Qadar
Lailatul qadar dirahasiakan supaya hamba-hamba Allah bersungguh-sungguh dalam ketaatan di semua malam, berharap bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar. Maka Bagi siapa yang yakin bahwa lailatul qadar terjadi pada suatu malam, maka dia hanya akan menghidupkan malam itu. Bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan lailatul qadar, hendaknya dia bersyukur kepada Allah dengan mencurahkan waktunya untuk beribadah selama sebulan penuh. Inilah hikmah dari dirahasiakannya lailatul qadar dan tidak ditentukan waktunya. Barangkali hal ini seperti yang ditunjukan oleh sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
(خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بليلة القدر, فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فرُفِعَتْ [يعني: رفع علمها] وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا..)
Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian tentang lailatul qadar, namun di tengah perjalan ada fulan dan fulan yang bertengkar, maka diangkatlah (yaitu: diangkat ilmu tentanglailatul qadar). Dan aku berharap ini lebih baik bagi kalian, maka carilah dia.. [Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2023)]
Bagaimana seorang muslim mendapatkan Lailatul Qadar?
Ini adalah malam yang penuh berkah, yang jika seorang muslim terhalang darinya maka dia telah terhalang dari semua kebaikan, dan tidaklah terhalangi dari kebaikannya kecuali yang memang pantas terhalangi. Karena selayaknya bagi seorang muslim yang bersemangat dalam ketaatan kepada Allah untuk menghidupkannya dengan keimanan dan menginginkan pahalanya yang sangat besar. Hendaknya dia bersungguh-sungguh ketika 10 hari terakhir sebagai bentuk peneladanan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari `A’isyah radhiallahu ‘anha dia berkata:
(كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِا)
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersungguh-sungguh (dalam beribadah) yang beliau tidak bersungguh-sungguh seperti demikian di hari-hari lainnya. [Shahih, Hadits riwayat: Muslim (1174)]
Hendaknya dia memperbanyak shalat di malam-malam ini dan menjauhi istri serta menganjurkan kepada keluarganya untuk meningkatkan ketaatan saat itu. Dari `A’isyah dia berkata:
(كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ)
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- jika telah masuk 10 hari (terakhir Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya[3], menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. [Maksudnya menjauhi istri agar dapat beribadah dan berusaha mendapatkan malam bernilai dan bersungguh-sungguh melakukannya]
Sampai kemudian dia mendapatkan yang dijanjikan oleh Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- yang bersabda:
(وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه)
Bagi siapa menghidupkan lailatul qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Shahih: Hadits riwayat: Al-Bukhariy (2024) dan Muslim (1174)]
Doa Saat Lailatul Qadar
Dianjurkan untuk memperbanyak doa pada malam tersebut, apalagi dengan doa yang disebutkan dalam hadits `A’isyah dia berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku mengetahui bahwa suatu malam itu adalah lailatul qadar, apa yang aku ucapkan? Nabi bersabda: ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha memaafkan dan suka untuk memaafkan, maka ampunilah aku.
Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Ada tanda-tanda yang dengannya kita mengetahui terjadinya lailatul qadar, di antara tanda-tanda yang terjadi di malam itu seperti:
1. Hawa yang sejuk dan angin yang sepoi-sepoi. Dari Ibnu Abbas dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ، لَا حَارَّةٌ، وَلَا بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ
Lailatul qadar itu malam yang sejuk, tak panas dan tak dingin. Pada pagi hari matahari terbit dengan warna kemerahan.[Shahih: Hadits riwayat: At-Tirmidziy (3760)]
2. Ketenangan dan kedamaian yang turun bersama malaikat yang dirasakan oleh manusia dengan ketenangan dalam hati, kelapangan dada dan kenikmatan dalam beribadah yang tidak didapati di malam lainnya.
3. Terkadang seseorang melihatnya dalam mimpi sebagaimana yang terjadi pada beberapa Sahabat.
4. Matahari terbit dengan jelas tanpa ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
(صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ لاَ شُعَاعَ لَهَا، كَأَنَّهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ)
Di pagi hari lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar seolah-olah suatu bejana sampai meninggi. [Hasan: Hadits riwayat: ath-Thoyalisy (349)]
Catatan:
Ada banyak ucapan di antara orang awam tentang lailatul qadar dan juga kepercayaan-kepercayaan yang salah, di antaranya adalah bahwa pepohonan bersujud dan bangunan-bangunan tidur. Dan juga sesuatu yang asin menjadi hambar di malam ini, juga anjing-anjing tidak berhenti menggonggong dan kepercayaan lainnya yang jelas menyimpang dan batil.
Demikian penjelasan singkat mengenai tanda-tanda malam lailatul qadar dan cara mendapatkannya. Semoga tulisan ini bermanfaat.