Fatwapedia.com – Hampir setiap pasangan mengeluh terkait masalah komunikasi. Sebagian besar wanita mengeluhkan tentang suami mereka yang tidak mau berbagi perasaannya, dia tertutup, atau dia tidak tahu mengungkapkan keinginannya dengan cara-cara yang bisa menyenangkan istrinya.
Kurangnya komunikasi atau komunikasi yang salah kadang bisa menjadi bumerang dalam suatu pernikahan. Jika pria tidak tahu bagaimana mengungkapkan keinginan mereka dengan benar, tidak tahu bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, atau tidak tahu bagaimana menyelesaikan konflik dalam rumah tangga mereka, maka mereka akan menghadapi masalah yang berlarut-larut dalam kehidupan pernikahan mereka, bahkan berujung kepada perceraian. Bukankah banyak pasangan yang bercerai karena alasan komunikasi?
Gaya Komunikasi Seperti Apa Kita?
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik berkepanjangan, hanya karena sebab yang sepele dan remeh. Mereka tidak mampu mengungkapkan keinginan dan perasaan secara lancar kepada pasangannya, yang berdampak muncul salah paham dan memicu emosi serta kemarahan pasangan. Ini menunjukkan adanya komunikasi yang tidak lancar, sehingga berpotensi merusak suasana hubungan antara suami dengan istri.
Ternyata, komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan keharmonisan kehidupan rumah tangga. Gagal berkomunikasi bisa mengancam keutuhan sebuah keluarga, bahkan sampai ke tingkat perceraian. Sebenarnya apakah maksud komunikasi, dan bagaimana agar bisa berkomunikasi secara efektif kepada pasangan?
Makna Komunikasi
Komunikasi adalah aktivitas menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, konsep yang kita miliki dan keinginan atau perasaan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Komunikasi juga bermakna sebagai seni mempengaruhi orang lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan. (B S Wibowo, 2002).
Yang dimaksud dengan komunikasi efektif adalah sebuah bentuk komunikasi dimana pesan yang disampaikan berhasil mencapai sasaran dengan feedback (respon) yang sesuai dengan tujuan. Jika suami menghendaki “Aku ingin dibuatkan teh panas manis”, maka istri mengerti persis setingkat apa panasnya dan seperti apa tingkat kemanisannya. Jika istri membuatkan kopi pahit, maka jelas ini bentuk komunikasi yang terdistorsi secara berlebihan.
Jika istri menghendaki, “Aku ingin engkau perhatikan”, maka suami mengerti persis bentuk perhatian seperti apa yang diinginkan istri dan menyenangkan hati istri. Jika suami justru pergi meninggalkan rumah dengan marah, ini menandakan proses komunikasi yang terlalu jauh menyimpang.
Pertikaian Suami Isteri.. Bermula Dari Komunikasi Yang Bermasalah
Kualitas pernikahan atau kualitas hubungan keluarga sangat ditentukan oleh kualitas HUBUNGAN YANG INTIM antara suami isteri/ortu/saudara2. Bukan HUBUNGAN yang penuh INTIMIDASI
Tingkat hubungan yang intim bisa terbentuk antara kita dengan anak, suami/isteri, keluarga atau teman
Suami isteri TIDAK DENGAN SENDIRINYA memiliki kualitas hubungan yang intim (intimate), bahkan ketika sedang berhubungan intim (make love).
Dimana Ruang Lingkupnya
I. RASA PERCAYA (TRUST)
TRUST merupakan keyakinan pada oranglain sedemikian rupa sehingga kita selalu terlibat dalam menanggung resiko. Kepercayaan membuat kit merasa beruntung, meskipun sedang buntung.
Jika kita menjadi orang yang menepati janji, mampu menjaga rahasia ataupun mampu memberi dukungan emosi ketika dibutuhkan, maka tingkat kedekatan (intimacy) akan meningkat.
Ada 4 hal yang memperngaruhi tingkat kepercayaan dalam berkomunikasi:
- Dependability (kemampuan untuk tempat bergantung)
- Responsiveness (tanggap dan peduli)
- Conflict Resolution (penyelesaian masalah)
- Faithfullness (kemampuan utk dipercaya)
1. Dependability
Suami/istri/ortu/anak bisa dipercaya sepanjang waktu dalam segala keadaan. Ia bisa diharpakan dalam berbagai situasi
2. Responsiveness
Seseorang yang berbuat sungguh sungguh untuk memahami dan memenuhi kebutuhan orang lain. Baik dalam arti sempit maupun luas
3. Conflict Resolution
Seseorang memiliki kemampuan mengelola konflik secara kolaboratif. Bukan menghindari masalah.
4. Faithfullness
Seseorang yang memiliki kepercayaan penuh ( secure in belief) dan tidak mudah berubah bahwa orang lain bisa dipercaya dan bahwa hubungan tetap akan langgeng.
4 point diatas dalam kapasitas jika kita ingin dapat dipercaya oleh keluarga ataupun teman.
II. KETERBUKAAN DIRI
Salah satu penanda keintiman adalah tingkat keterbukaan diri yg relatif tinggi melalui kesediaan berbagi perasaan dan proses keterbukaan diri, masing-masing akan saling mengenal dan saling memahami.
III. KOMITMEN
Berkorban
Hubungan yang intim menuntut tingkat komitmen yang sangat dalam. Mereka bersedia berkorban, mengabdi dan mencurahkan tenaga bagi suami istri. komitmen yang dalam menjadikan kita tetap bersetia meski harus berpisah lama.
Komitmen juga berarti janji yg sangat kuat pada diri sendiri. Kita memiliki tekad yg kuat utk berbuat yg terbaik dan berusaha mewujudkan tanpa diminta.
Pondasi Utama
Jauh sebelum berpikir tentang upaya membangun komunikasi efektif, hal yang pertama kali harus dimiliki adalah menciptakan visi keluarga yang jelas. Suami dan istri harus memiliki cita-cita besar (vision) yang terang benderang, dan menjadi sebuah ikatan moral yang kokoh untuk diwujudkan dalam kehidupan. Visi inilah yang akan menuntun arah perjalanan kehidupan keluarga agar tidak menyimpang dan tidak berbalik arah.
Visi keluarga adalah surga. Ingin mendapatkan kebahagiaan kehidupan di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Mendapatkan surga dunia dalam rumah tangga, dan mendapatkan surga akhirat di taman keabadian yang dijanjikan-Nya. Inilah visi yang sangat kokoh, yang mengikat kehidupan keluarga menuju kepada muara yang sangat jelas dan indah.
Dengan visi ini, suami dan istri akan selalu berusaha membahagiakan pasangannya. Selalu berusaha untuk menciptakan keluarga yang bahagia, dan bersama masuk surga.
10 Prinsip Komunikasi Efektif
Ada banyak orang berkomunikasi, namun tidak mendapatkan tanggapan seperti yang diharapkan. Ternyata pesan tidak sampai kepada pasangan, atau pesan sampai kepada pasangan tetapi dengan terdistorsi. Dampaknya komunikasi tidak pernah nyambung dan masing-masing merasa tidak nyaman dalam berkomunikasi. Hal ini akan mengakibatkan kemalasan dalam komunikasi dan memilih pasif.
Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak:
1. Mengetahui ragam komunikasi, dari berbicara, menulis, hingga menyampaikan pesan lewat berbagai media
2. Bersikap empati. Memposisikan diri Anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan.
3. Fleksibel, komunikasi kadang memerlukan suasana dan gaya serius, namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya yang santai
4. Memahami bahasa nonverbal. Kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan Anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan
5. Jadilah pendengar yang baik. Jangan menguasai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mau mendengar
6. Egaliter, hilangkan sekat pembatas antara Anda dengan pasangan yang menghalangi kehangatan komunikasi
7. Hindarkan kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan, atau menyinggung perasaannya
8. Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak. Jangan berlaku kasar dalam komunikasi
9. Gunakan bahasa dan media yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan komunikasi
10. Pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.
Demikianlah sepuluh prinsip komunikasi efektif antara suami dan istri. Semoga kita semua mampu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Aamiin. Wallahu a’lam.