Fatwapedia.com – Rahmah El-Yunusiah, ulama wanita asal Padang Panjang inilah yang menjadi inspirasi atas didirikannya kampus putri Universitas Al Azhar Mesir.
Pada tahun 1923, Rahmah El-Yunusiah yang berusia 23 tahun mendirikan sebuah Pondok Pesantren Diniyyah Puteri. Sesuai namanya, sekolah ini dikhususkan untuk perempuan dan merupakan sekolah agama Islam perempuan pertama di Indonesia.
Pendirian Diniyyah Puteri ini didasari oleh keresahan Rahmah El-Yunusiah atas campur baurnya pelajar putra dan puteri dalam dunia pendidikan, serta kekhawatiran beliau akan ketertinggalan pendidikan agama bagi wanita pada saat itu.
Rahmah El-Yunusiah menganggap dibutuhkan lembaga khusus wanita agar tercetaknya wanita-wanita tangguh dan berilmu yang dapat menjadi pondasi kebangkitan agama dan peradaban.
Pada tahun 1955, Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Syaikh Abdurrahman Taj bersama para petinggi universitas mengadakan kunjungan ke Padang. Saat kunjungan ke Padang tersebut, para petinggi Al Azhar menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pondok Pesantren Diniyyah Puteri. Para petinggi Al Azhar terkagum-kagum dengan konsep Pondok Pesantren Diniyyah Puteri tersebut dan mereka mengakui bahwa Al Azhar masih tertinggal jauh dari sekolah yang digagas oleh Rahmah El-Yunusiah tersebut.
Di tahun 1957, Al Azhar mengundang Rahmah El-Yunusiah ke Mesir untuk menerima gelar Syaikhah. Syaikhah Rahmah El-Yunusiah menjadi wanita pertama yang mendapatkan gelar itu dari Al Azhar. Gelar tersebut setara dengan gelar yang dimiliki Syaikh Mahmoud Shaltout, mantan rektor Al Azhar. Dan pada tahun 1962, Universitas Al Azhar resmi membuka Kulliyyatul Banaat (kampus putri) yang diilhami dari Pondok Pesantren Diniyyah Puteri kepunyaan Syaikhah Rahmah El-Yunusiah.
Selain dikenal sebagai seorang ulama wanita yang mengajarkan ilmu agama, baik di kelas ataupun halaqoh ilmu, Syaikhah Rahmah El-Yunusiah juga adalah seorang Mujahidah yang turut serta ke medan peperangan melawan penjajah kafir. Ia bersama murid-muridnya bertugas menyediakan makanan dan obat-obatan bagi para pejuang.
-Abdurrahman Al Buthony-