Fatwapedia.com – Surat Al Baqarah menjadi salah satu surat yang berisi pesan keimanan dan ketakwaan. Al Baqarah turun di Madinah dan menjadi surat madaniyah dengan jumlah ayat terbanyak. Berikut ini kandungan surat Al Baqarah ayat 3-5 tentang orang orang bertaqwa.
Setelah menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa, Allah menjelaskan beberapa karakter muttaqin. Seolah ini adalah jawaban dari pertanyaan yang barangkali muncul di benak: siapakah orang yang bertakwa itu? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3} وَالَّذِينِ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوِقنُونَ {4} أُولَـئِكَ عَلَى هُدًى مِن رَبِّهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ{5}
“Yaitu orang-orang yang mengimani hal yang ghaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian yang Kami rizkikan atas mereka. Juga orang-orang yang beriman kepada kitab suci yg diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelummu serta mereka yakin akan akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk.” [Al-Baqarah: 3-5]
Beberapa poin tadabbur yang diperoleh dari ayat-ayat ini, di antaranya:
1. Ada lima karakter muttaqin (orang-orang bertakwa) yang disebutkan di sini:
a. Beriman kepada yang ghaib
b. Mendirikan shalat
c. Menginfakkan sebagian rezeki
d. Beriman kepada semua kitab suci
e. Yakin terhadap akhirat
2. “Yu’minuna bil ghaibi” memiliki beberapa penafsiran:
- mereka mengimani Allah, malaikat, hari akhir, taqdir,dan perkara yangg gaib lainnya.
- mereka tetap beriman sekalipun sedang tidak terlihat oleh orang lain, tidak seperti kaum munafik.
- mereka beriman dengan wahyu yang tidak turun di hadapan mereka, juga dengan Nabi yang tidak mereka lihat secara langsung.
Para sahabat pernah bertanya: Wahai Rasulullah, adakah orang-orang yang lebih baik dari kami padahal kami telah berIslam dan berjihad bersamamu?
Rasul bersabda, “Ya. Orang-orang setelah kalian, mereka beriman padaku meskipun mereka tdk melihatku.” (HR Ahmad)
3. Mendirikan shalat adalah mengerjakan shalat dgn ruku, sujud, dan bacaan yang sempurna, disertai kekhusyuan. Demikian penafsiran Ibnu ‘Abbas.
Muqatil ibn Hayyan, salah seorang mufassir dari kalangan tabi’in menambahkan, “Selalu mengerjakannya tepat waktu.”
4. “mimma” menunjukkan bahwa yang diinfaqkan hanya “sebagian” harta, bukan seluruhnya. Infaq di sini mencakup yang wajib seperti nafkah keluarga dan zakat serta yang tidak wajib seperti sedekah, wakaf, dst.
5. “razaqnahum” mengingatkan kita bahwa harta yg kita miliki hanyalah rezeki dari Allah. Maka mengherankan sekali jika Sang Pemberi Rezeki memerintahkan kita untuk berbagi “sebagian” dari rezeki tsb lalu kita enggan.
6. “Yang diturunkan kepadamu” adalah Al-Qur’an & As-Sunnah. Allah berfirman, “Allah menurunkan kepada engkau Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah).” [QS 4: 113]
7. “Yang diturunkan sebelummu” mencakup semua kitab suci dan suhuf Nabi-nabi terdahulu. Kita mengimani keberadaannya dahulu terutama yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an: Taurat, Zabur, Injil serta suhuf Ibrahim. Adapun rincian isi kitab tersebut, tidak kita amalkan, karena Allah yang menurunkan kitab-kitab tersebut sudah menggantikannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
8. Kata “‘ala” berarti “di atas”, seolah-olah orang-orang bertakwa mengendarai petunjuk sehingga membawa mereka menelusuri jalan yang lurus menuju keridhaan Tuhan mereka.
9. Sejatinya, hanya merekalah orang-orang yang beruntung. Karenanya, Allah berfirman “ulaika humul muflihun”, bukan “ulaika muflihun”, yang dalam bahasa Arab merupakan bentuk pengkhususan.
Semoga kita termasuk di dalamnya. Wallahu A’lam.