Fatwapedia.com – Ahli Bedah muslim yang termasyhur itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf Ibn al- Abbas Al- Zahrawi atau sering dikenal dengan sebutan Al- Zahrawi, beliau lahir pada tahun 936 M di kota az- Zahra sebuah kota berjarak 6,9 KM dari Cordoba, Spanyol.
AL- Zahrawi merupakan keturunan Arab Anshar yang menetap di Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, beliau dikenal dengan nama “El- Zahrawi”. Beliau adalah dokter kerajaan pada masa kekhalifaan Al Hakam II dari Dinasti Umayyah. Di Cordoba inilah nanti beliau menambah ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan sampai beliau wafat.
Kisah masa kecil beliau tidak banyak terungkap. Sebab, tanah kelahiran beliau al- Zahra dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah Al- Zahrawi baru terungkap ke permukaan, setelah ilmuwan Andulusia, Abu Muhammad bin Khazm (993M-1064M) menempatkan beliau sebagai seorang dokter bedah terkemuka di Spanyol.
Sejarah hidup atau seringkali kita kenal dengan biografi beliau baru muncul dalam Humaydi’s jadwhat al- Muqtabis yang baru selesai setelah 6 dasawarsa kematian beliau. Al- Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidup beliau untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sehingga sampai saat ini sudah banyak dokter di era modern menjadi ahli bedah dengan alat-alat yang modern.
Dokter Jenius dan Penyusunan Al- Tasrif
Sebagai seorang dokter termasyhur di zamannya, Al- Zahrawi pun diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifaan Al Hakam II di Andulusia. Berbeda dengan ilmuwan kebanyakan, Al- Zahrawi tidak terlalu banyak melakukan perjalanan. Beliau banyak mendedikasikan hidup beliau untuk merawat korban kecelakaan dan korban perang.
Para dokter di zaman beliau mengakui bahwa Al- Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasa beliau dalam mengembangkan ilmu kedokteran sangat besar.
Dalam biografi Al- Zahrawi diketahui bahwa beliau meninggalkan sebuah harta karun yang tidak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Tasrif li man ajaz an-lil-Talil- sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan sebuah materi di sekolah kedokteran eropa terdiri dari 30 volume.
Dalam kitab yang diwariskan oleh beliau bagi peradaban dunia itu, Al- Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, fermakologi, serta ilmu kedokteran yang lain secara umum. Beliau juga mengupas kosmetika. Al- Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika, sederet dengan produk deodoran, hand-body lation, pewarna rambut yang berkembang hingga saat ini itu merupakan hasil karya Al- Zahrawi.
Popularitas Al- Zahrawi sebagai seorang dokter bedah yang handal menyebar hingga ke seantro Eropa. Tidak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa.
Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorite bagi orang-orang eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tidak kurang dari 50 rumah sakit yang memberikan pelayanan prima.
Sebagai orang guru ilmu kedokteran, beliau begitu mencintai murid-muridnya. Dalam Tafsir Al-Tasrif, beliau mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan siswa beliau. Al- Zahrawi juga mengingatkan kepada muridnya untuk selalu menjalin hubungan baik dengan pasien.
Menurut beliau, profesi menjadi seorang dokter tidak bisa dilakukan sembarang orang terutama dalam bidang bedah, hanya orang-orang yang bersertifikat atau ahli dalam bidangnya yang bisa melakukan kegiatan bedah.
Bapak Ilmu Bedah Dunia
Kehebatan dan profesionalitas beliau sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. Tidak diragukan lagi, Al- Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah di dunia. Kitab Al-Tasrif yang ditulis beliau lalu diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard Of Ceremona pada abad ke 12 M. Kitab ini juga dilengkapi dengan ilustrasi dan menjadi rujukan serta buku resmi sekolah kedokteran untuk para dokter dan ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al- Zahrawi begitu dikagumi oleh para dokter serta mahasiswa kedokteran Eropa. Pada abad ke 14, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif sebanyak 200 kali.
Kitab Al- Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke 16, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechams (1513M-1588M) masih menjadi Al-Tasrif sebagai rujukan.
Menurut beliau, seorang dokter yang baik haruslah melayani pasiennya sebaik mungkin tanpa memandang status sosialnya. Dalam menjalankan praktek kedokterannya, Al- Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual.
Hal ini dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat dan nyata serta kemungkinan layanan yang baik. Beliau pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang teguh kepada norma dan etika menjadi dokter. Yaitu menggunakan profesi dokter tidak hanya untuk meraup keuntungan materi.
Penemuan Alat-Alat Bedah
Selama separuh abad beliau mendedikasikan diri beliau untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang bedah. Dalam biografi Al- Zahrawi diketahui bahwa beliau telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, “Bapak llmu Bedah” telah memperkenalkan lebih 200 alat bedah yang dimiliki oleh beliau.
Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dimiliki oleh beliau, ternyata banyak alat yang tidak pernah digunakan oleh ahli bedah sebelumnya. Menurut catatan, selama karir beliau telah menemukan 26 alat bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al- Zahrawi adalah catgut. Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam yang sampai saat ini masih digunakan oleh dokter bedah modern.
Dalam Al-Tasrif, beliau juga memperkerkenalkan ligature (benang pengikat luka) yang mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah juga ditemukan dan dipaparkan secara jelas dalam kitab Al- Tasrif. Selain itu, juga memperkenalkan sederet alat bedah yang lain yang masih digunakan sampai saat ini.
Peralatan sangat penting untuk yang juga ditemukan oleh beliau adalah pisau bedah (Scarpel), Curette, Leclator, sendok bedah (Surgipal Surgon), Sound pengait bedah (Surgical Hook), Surgical rod, dan Specula. Dan masih banyak alat-alat yang lainnya.
Tentunya sudah banyak sekali dari beberapa penemuan monumental beliau yang masih digunakan sampai saat ini,terutama di dalam dunia kedokteran khususnya di bidang bedah.
Wafatnya Al-Zahrawi
Al- Zahrawi meninggal pada tahun 1013 M di Cordoba, sekitar dua tahun setelah tanah kelahirannya dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan merupakan kota musim, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yaitu “Calle Abulcasis”, Rumah beliau kini menjadi cagar budaya yang dilindungi badan kepariwisataan Spanyol.
Itulah sedikit gambaran sejarah dan biografi seorang tokoh muslim sekaligus ilmuwan yang mempunyai konstribusi yang sangat besar bagi manusia, terutama di bidang kedokteran khususnya bidang bedah. Semoga kita bisa mengambil nilai dan manfaat dari kisah beliau. Wallahu A’lam Bissawab.
Author : Muhammad Saleh
Edited : Jack Napier GSSI 2020