Fatwapedia.com – Biografi tokoh kali ini akan mengangkat salah satu Nama yang mulia dalam islam. Abu Muhammad adalah kun-yah Beliau. Nama aslinya adalah Al Hasan, anak pertama dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu. Tadinya, Ali ingin menamakannya dengan harb (perang), tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan nama Al Hasan.
Ali Radhiallahu ‘Anhu berkata:
كُنْتُ رَجُلا أُحِبُّ الْحَرْبَ ، فَلَمَّا وُلِدَ الْحَسَنُ هَمَمْتُ أَنْ أُسَمِّيَهُ حَرْبًا ، فَسَمَّاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ ، فَلَمَّا وُلِدَ الْحُسَيْنُ هَمَمْتُ أَنْ أُسَمِّيَهُ حَرْبًا ، فَسَمَّاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحُسَيْنَ
“Saya adalah laki-laki yang suka perang, ketika Al Hasan lahir saya ingin menamakannya dengan harb, namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menamakannya dengan Al Hasan. Ketika lahir Al Husein, saya ingin menamakannya dengan harb, namun Beliau menamakannya dengan Al Husein.” (Diriwayatkan oleh Ath Thabarani No. 2777, Adz Dzahabi dalam As Siyar, 3/247, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid, 8/52, katanya: rijalnya shahih)
Tahun Kelahirannya
Dia dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun ketiga hijriyah. Ada pula yang mengatakan pertengahan Ramadhan. Az Zubeir bin Bakar mengatakan bahwa Al Hasan dilahirkan pada pertengahan Ramadhan tahun ketiga Hijriyah. Imam Adz Dzahabi mengatakan bahwa yang lebih benar adalah dia dilahirkan pada bulan Sya’ban. (As Siyar, 3/246-248)
Kedudukan di Sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dalam hadits Arbain Nawawi no. 11, Imam An Nawawi menyebutnya dengab As Sibthu dan Raihanah.
As Sibthu adalah cucu dari anak perempuan, sedangkan Hafiid (حفيد) adalah cucu dari anak laki-laki. Jadi, karena Al Hasan adalah anak dari putri Rasulullah Shallallah ‘Alaihi wa Sallam, yakni Fathimah Radhiallah ‘Anha, maka dia disebut As Sibthu.
Dia disebut Raihanah (wewangian-kesenangan), karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang Al Hasan dan Al Husein:
هما ريحانتاي من الدنيا
“Mereka berdua adalah wewangian/kesenangan saya di dunia.” (HR. Bukhari No. 3543. At Tirmidzi No. 3770)
Berkata Syaikh Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah:
الريحانة هي تلك الزهرة الطيبة الرائحة
“Raihanah adalah bunga yang harum aromanya.” (Syarhul Arbain An Nawawiyah, Hal. 149)
Keadaan dan Postur Tubuhnya
Abu Juhaifah mengatakan Al Hasan adalah yang perawakannya mirip dengan kakeknya. (As Siyar, 3/248).
‘Uqbah bin Al Harits menceritakan:
صلى بنا أبو بكر العصر، ثم قام وعلي يمشيان، فرأى الحسن يلعب مع الغلمان، فأخذه أبو بكر، فحمله على عنقه، وقال: بأبي شبيه النبي ليس شبيه بعلي وعلي يتبسم.
“Abu Bakar shalat ashar bersama kami, lalu dia dan Ali berdiri lalu berjalan berdua, dia melihat Al Hasan bermain bersama dua anak laki-laki, lalu Abu Bakar mengambilnya dan menggendongnya di atas lehernya, dan dia berkata: “Demi ayahku, dia mirip dengan Nabi, tidak mirip dengan Ali,” dan Ali pun tersenyum.” (Ibid, 3/249. Lihat juga Bukhari dalam Shahihnya No. 3540, dengan lafaz: “ dan Ali pun tertawa.”)
Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, berkata:
لَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَشْبَهَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ
“Tidak seorang pun yang mirip dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibandingkan Al Hasan bin Ali.” (HR. Bukhari no. 3542)
Kedudukannya di Tengah-Tengah Umat
Al Hasan Radhiallahu ‘Anhu memiliki banyak keutamaan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutnya sebagai Sayyid (pemimpin-tuan) bagi umat ini yang akan mendamaikan dua kelompok umat Islam yang bertikai.
Tertera dalam Shahih Bukhari:
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
“Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, melaluinya Allah akan mendamaikan antara dua kelompok besar dari kaum muslimin.” (HR. Bukhari No. 2704)
Saat itu pasca syahidnya Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu –saat itu pertikaian masih berkecamuk dengan Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu, naiklah Al Hasan menjadi khalifah yang tentunya membuat tidak puas pengikut Mu’awiyah Radhiallah ‘Anhu. Namun, dengan jiwa besar Al Hasan mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu. Di sisi lain, Al Hasan pun mampu memberikan pengertian kepada pengikut Ali Radhiallahu ‘Anhu, sehingga kedua belah pihak bisa didamaikan.
Syaikh Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah mengomentari hadits Bukhari di atas:
وكان الأمر كذلك، فإنه بعد أن استشهد علي بن أبي طالب رضي الله عنه وبويع بالخلافة للحسن تنازل عنها لمعاوية رضي الله عنه، فأصلح الله بهذا التنازل بين أصحاب معاوية وأصحاب علي رضي الله عنهما، وحصل بذلك خير كثير.
“Saat itu begitulah kejadiannya, setelah mati syahidnya Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu dan Al Hasan dibai’at menjadi Khalifah, lalu dia menyerahkan jabatan itu kepada Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu. Maka, dengan pengunduran diri ini Allah damaikan antara pengikut Mu’awiyah dan Ali Radhiallah ‘Anhuma, dan dari situ hasilnya adalah kebaikan yang banyak. (Syarhul Arbain An Nawawiyah, hal. 148)
Selain itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga begitu mencintai Al Hasan. Diriwayatkan dari Al Bara bin ‘Azib Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ عَلَى عَاتِقِهِ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ
“Aku melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Al Hasan bin Ali ada di pundaknya, beliau bersabda: Ya Allah saya mencintainya, maka cintailah dia.” (HR. Bukhari No. 3539)
Al Hasan Lebih Utama di banding Al Husein
Kedudukan Al Hasan Radhiallahu ‘Anhu, lebih utama dibanding Al Husein Radhiallahu ‘Anhu, hanya saja kaum Rafidhah (syiah) telah berlebihan terhadap Al Husein lantaran terbunuhnya Beliau di Karbala.
Berkata Syaikh Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah:
وهو أفضل من أخيه الحسين رضي الله عنهما،لكن تعلقت الرافضة بالحسين لأن قصة قتله رضي الله عنه تثير الأحزان، فجعلوا ذلك وسيلة، ولو كانوا صادقين في احترام آل البيت لكانوا يتعلقون بالحسن أكثر من الحسين،لأنه أفضل منه.
Dia (Al Hasan) lebih afdhal dibanding saudaranya, Al Husein Radhiallahu ‘Anhuma, tetapi Rafidhah mencintai Al Husein karena peristiwa terbunuhnya Radhiallahu ‘Anhu yang menimbulkan kesedihan, dan mereka menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk itu. Seandainya mereka jujur dalam menghormati Alu Bait (keluarga Nabi), niscaya mereka lebih banyak mencintai Al Hasan dibanding Al Husein, karena dia lebih utama darinya.” (Syarhul Arbain An Nawiyah, Hal. 149)
Wafatnya
Beliau wafat karena diracuni pada tahun 50 Hijriyah, berikut ini keterangan Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah:
وَكَانَ مَوْلِد الْحَسَن فِي رَمَضَان سَنَة ثَلَاث مِنْ الْهِجْرَة عِنْد الْأَكْثَر ، وَقِيلَ بَعْد ذَلِكَ ، وَمَاتَ بِالْمَدِينَةِ مَسْمُومًا سَنَة خَمْسِينَ وَيُقَال قَبْلهَا وَيُقَال بَعْدهَا
“Al Hasan lahir pada Ramadhan tahun ketiga Hijriyah menurut mayoritas ulama, dan ada yang menyebut setelah itu. Dan, wafat di Madinah karena diracun pada tahun lima puluh Hijriyah, ada yang mengatakan sebelumnya ada pula yang mengatakan sesudahnya.” (Fathul Bari, 7/95. Darul Fikr. Lihat juga Syaikh Abul ‘Ala Muhammad Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 10/272. Al Maktabah As Salafiyah). Wallahu a’lam.
Ustaz Farid Nu’man Hasan