Oleh: Hamzah Baya
“Diwana.. Diwana (gila… gila) Sesungguhnya kalian bukan memerangi manusia tetapi memerangi jin”. Pasukan Persia Masing masing berkata diantara mereka saat melihat kehebatan pasukan Sa’ad bin Abi Waqqosh dibawah komandan ‘Ashim pasukan berkuda mereka berhasil menyeberangi sungai Tigris
Rasulullah SAW Bersabda; “Sekelompok kaum muslmin atau mukminin akan mengambil alih Perbendaharaan keluarga Persia yang berada didalam Istana Putih. “(Shahih Muslim, jilid IV, hal. 237, No. 2919 dari sahabat Jabir bin Samurah)
Singkat kisah, Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqos mendapat intruksi dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab untuk menaklukkan Madain dan menguasai kekaisaran Persia dibawah kekausaan raja Kisra Yasdigrid.
Di dalam perjalanan menuju Madain, pasukan Saad beberapa kali harus mengahadapi pasukan perang kerajaan Kisra di beberapa wilayah yang masih menjadi daerah kekuasaanya.
Diantara peperangan yang terjadi adalah; peperangan di Babilonia yang dengan mudah dapat dilumpuhkan ibarat melipat selendang. Terjadi pula peperangan di daerah Kusta yang berujung dengan kemenangan. Demikian pula pasukan Saad masih harus menghadapi penduduk Bahurasir yang berperang dengan menggungakan manjaniq.
Ketika memasuki daerah inilah, kaum muslimin dapat menyaksikan dari jauh Istana Kerajaa Kisra yang sangat megah berwarna putih. Orang pertama yang melihat istana ini adalah Dhirar bin al Khaththab.
Seketka itu ia berteriak dan mengucapkan takbir; ‘Allahu Akbar…, Lihatlah! Itu istana puth Raja Kisra, inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kita.” Semua orang menoleh kepadanya dan ikut mengumandangkan takbir hingga pagi menjelang.
Setelah menyisiri seluruh kota Bushair tenyata seluruh penghuni daerah tersebut telah pergi membawa segenap hartanya menyebrangi sungai Tigris yang luas menuju Madain untuk berlindung tanpa menyisakan satupun diantara perahu-perahu mereka.
Dengan kondisi seperti ini, secara perhitungan akal kaum muslimin jelas tidak mungkin berenang menyebrangi sungai yang begitu luas, deras, lagi dalam itu. Maka dalam kondisi seperti ini bangkitlah Sa’ad bin Abi Waqqas untuk berpidato dihadapan para pasukannya. Sa’ad berdiri dengan semangat dan wibawa pahlawan Islam, merendahkan hati di hadapan Sang Pencipta, namun tegar lagi kokoh bagai Baja menjulang.
“Sesungguhnya musuh kalian telah menyelamatkan diri dengan menyebrangi sungai dan kalian tidak akan dapat memburu mereka, sementara jika mereka kehendaki, mereka dapat menyerbu kalian dari sampan-sampan mereka. Dibelakang kalian tidak ada musuh yang harus ditakutkan. Aku berpendapat kita harus terus berjihad mengejar musuh-musuh kita dengan niat yang ikhlas sebelum dunia mengelilingi kita. Aku telah bertekat untuk menyebrangi sungai ini agar dapat menyerbu mereka.”
Keputusan Saad untuk menyebrangi sungai Tigris dengan tanpa perahu adalah sebuah keteguhan dan keyakinannya pada pertolongan Allah dan janji yang pernah Rasuullah sabdakan. Maka tidaksatupun dari para pejuang Islam yang menolak perintah ini. Dengan mantap mereka menyambut;
“Sesungguhnya Allah juga telah berkehendak agar kami dan anda menyebrangi sungai ini, maka lakukanlah.”
Selanjutnya Saad menyeru; siapa yang dapat melindungi kami dari serangan musuh di sebrang sungai agar tentara dapat tentara dapat berjalan ketepi sungai dengan aman ?”, maka berdirilah ‘Ashim bin Amru memenuhi panggilan itu diikuti oleh para pahlawan Islam sebanyak 600 orang.
Untuk menyebrangi sungai ini, Saad memilih ‘Ashim untuk memimpin 600 pasukan tersebut dan bersiap-siap berdiri ditepi sungai Tigris bersama kuda-kuda mereka. ‘Ashim dan pasukannyam mulai menyebrangi sungai terlebih dahulu, dan sungguh menakjubkan dimana Allah memperlihatkan tanda-tanda keagunganNya dengan membiarkan pasukan melewati sungai di atas arus air yang sedang pasang itu.
Ini adalah sesuatu yang menakjubkan (karomah) dari Allah atas kepemimpinan Sa’ad hingga pasukan Persia yang melihat kejadian itu mengatakan; diwana…diwana… (gila… gila…). Masing-masing berkata kepada selainnya; “Sesungguhnya kalia bukan memerang manusia tetapi memerangi jin.” Pasukan ‘Ashim yang menyebrang terlebih dahulu ini dinamakan Kutaibah Ahwal.
Setelah pasukan ‘Ashim menjaga disebrang sungai, maka tiba giliran Sa’ad bin Abi Waqas beserta seluruh pasukannya menyebrangi sungai Tigris itu sebagaimana sebelumnya. Dalam hal ini Saad berdo’a;
“Kami memohon pertolognan kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya, cukuplah Allah sebagai penolong kami, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan bantun Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung.” Tak satupun dari pasukan yang tertinggal, seluruhnya diberikan kemudahan oleh Allah untuk menyebrangi Air dengan penuh keyakinan dan kemantapan.
Do’a Saad dikabulkan Allah. Dengan kemudahan pasukan mereka mampu menaklukkan kerajaan Parsi dan menguasai seluruh perbendaharannya. Allah mengaruniakan ghanimah dari perbendaharaan Kisra sebanyak 3.000.000.000.000,- dinar. Inilah mu’jizat dari do’a Rasulullah kepada Saad dimana beliau pernah mendoakan Saad yang bunyinya; “Ya Allah kabulkanlah doanya dan tepatkanlah bidikannya.
Sumber: disarikan dari kitab kisah sahabat