Oleh: Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R. Rozikin, Dosen di Universitas Brawijaya)
Fatwapedia.com – Awal Anda melakukan sai, berarti Anda menuju bukit Safa. Begitu sampai dibukit Safa, disunahkan Anda mendaki kira-kira setinggi manusia sampai bisa melihat Kakbah. Jika Kakbah sudah tidak bisa terlihat karena tertutup bangunan atau yang lain, maka tidak masalah, yang penting Anda menghadap ke arah Kakbah.
Begitu sudah menghadap ke arah Kakbah, disunahkan Anda membaca zikir berikut ini,
اللهُ أكبرُ الله أكْبَرُ الله أكْبرُ وَلِلهِ الْحَمْد، الله أكبَرُ عَلى مَا هَدَانَا والْحَمْدُ لِله عَلَى مَا أوْلَانَا لَا إِلَهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَريكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير، لَا إِلَهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَاب وَحْدَهُ، لَا إِلهَ إِلا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدَينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Dasar kesunahan membaca zikir di atas adalah perbuatan Rasulullah ﷺ sebagaimana diriwayatkan Muslim berikut ini,
«فَرَقِيَ عَلَيْهِ، حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ، فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، فَوَحَّدَ اللهَ، وَكَبَّرَهُ، وَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ». «صحيح مسلم» (4/ 40 ط التركية)
Artinya, “Lalu Rasulullah ﷺ menaiki bukit Safa hingga beliau bisa melihat Kakbah. Lalu beliau menghadap ke kiblat lalu bertahlil dan bertakbir, dan beliau membaca: “LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA’DAHU WANASHARA ‘ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya).” (H.R. Muslim)
Catatan
1. Redaksi zikir saat berada di bukti Safa di atas adalah redaksi yang tertulis dalam kitab al-Īḍāḥ fī Manāsiki al-Ḥajj wa al-‘Umrah. Sampai pada lafal yuḥyī wa yumīt, al-Rāfi‘ī menambah lafal “wahuwa ḥayyun lā yamūt”. Ibnu Ḥajar al-Haitamī dalam Ḥāsyiyah terhadap kitab al-Īḍāḥ tersebut mengkritik tambahan lafal tersebut, termasuk tambahan lafal “biyadihil khair” dengan argumentasi bahwa itu tidak ada dalam dalil.
2. Redaksi zikir di atas bukan hanya sunah dibaca saat berada di bukit Safa, tetapi juga disunahkan saat sampai di bukit Marwa. Termasuk saat di Safa lagi dan di Marwa lagi. Demikian seterusnya. Intinya setiap sampai dibukit Safa dan Marwa, maka disunahkan membaca zikir tersebut.
Setelah Anda membaca zikir di atas bukit Safa yang berisi takbir, tahmid dan tahlil (dengan redaksi panjang sebagaimana dijelaskan sebelumnya), disunahkan Anda berdoa apapun dengan redaksi apapun yang penting baik. Boleh doa terkait dunia maupun akhirat.
Di antara doa yang direkomendasikan ulama untuk dibaca dalam situasi ini adalah doa yang dibaca Ibnu Umar berikut ini,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ وقوْلُكَ الحقُّ ادْعُوني أستَجِبْ لَكُمْ وإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ المِيعَادَ وَإِنِّي أسْألُكَ كَمَا هَدَيْتَنِي للإْسْلَامِ أنْ لَا تَنْزِعَهُ مِنَي وأنْ تتوَفَّانِي مُسْلِماً
Artinya,
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau berfirman, “ud’ūnī astajib lakum-berdoalah kepadaku, pasti Aku kabulkan- sementara Engkau tidak akan mengingkari janji. Sesungguhnya aku meminta sebagaimana Engkau beri aku petunjuk kepada Islam, maka jangan engkau cabut hidayah Islam itu dariku. Aku juga meminta kepadaMu agar mewafatkanku dalam keadaan muslim”
Mālik meriwayatkan bahwa doa ini dibaca Ibnu ‘Umar saat berada di atas bukit Safa. Mālik meriwayatkan,
عَنْ نَافِعٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ وَهُوَ عَلَى الصَّفَا يَدْعُو يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ: {ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]، وَإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ، وَإِنِّي أَسْأَلُكَ كَمَا هَدَيْتَنِي لِلْإِسْلَامِ أَنْ لَا تَنْزِعَهُ مِنِّي. حَتَّى تَتَوَفَّانِي وَأَنَا مُسْلِمٌ “». «موطأ مالك – رواية يحيى» (1/ 372 ت عبد الباقي)
Artinya,
“Dari Nafi’ Bahwasanya ia pernah mendengar Abdullah bin Umar berdoa di atas Shafa: “ALLAHUMMA INNAKA QULTA UD’UUNI ASTAJIB LAKUM WA INNAKA LAA TUKHLIFUL MII’AAD. WA INNI AS’ALUKA KAMA HADAITANII LIL ISLAAM AN LAA TANZI’AHU MINNII HATTA TATAWAFFAANII WA ANA MUSLIMUN (Ya Allah, Engkau mengatakan: ‘Mintalah kepada-Ku maka akan Aku kabulkan. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji. Saya memohon kepadamu sebagaimana engkau tunjuki saya pada Islam, janganlah engkau cabut dariku hingga ajal menjemputku sedang saya dalam keadaan muslim.) “Muwaṭṭa’ Mālik)
Al-Nawawi berkata,
«وَاسْتَحَبُّوا أَنْ يَقُولَ اللَّهُمَّ إنَّكَ قُلْتَ (اُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ) وَإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ وَإِنِّي أَسْأَلُكَ كَمَا هَدَيْتَنِي إلَى الْإِسْلَامِ أَنْ لَا تَنْزِعَهُ مِنِّي حَتَّى تَتَوَفَّانِي وَأَنَا مُسْلِمٌ لِمَا رَوَى مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّأِ عَنْ نَافِعٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ هَذَا عَلَى الصَّفَا وَهَذَا إسْنَادٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ». «المجموع شرح المهذب» (8/ 68 ط المنيرية)
Artinya, “Mereka (para ulama) mensunahkan untuk berdoa (setelah membaca zikir di atas bukit Safa), “Allāhumma innaka qulta….” (al-Majmū‘ juz 8 hlm 68)
Catatan:
Redaksi doa di atas (yakni yang mengandung lafal “wa qaulukal ḥaqq”) adalah lafal yang tercantum dalam kitab al-Īḍāḥ fi Manāsiki al-Ḥajj wa al-‘Umrah karya al-Nawawi. Banyak ulama lain yang juga menegaskan keberadaan lafal tersebut. Riwayat Mālik tidak mengandung lafal tersebut.
Selain doa “Allāhumma innaka qulta…”, doa lain yang disunahkan dibaca saat berada di bukit Safa dan Marwa adalah doa berikut ini,
اللهُمَّ اعْصِمْنَا بِدِينِكَ، وَطَوَاعِيَتِكَ وَطَوَاعِيَةِ رَسُولِكَ، وَجَنِّبْنَا حُدُودَكَ، اللهُمَّ اجْعَلْنَا نُحِبُّكَ وَنُحِبُّ مَلَائِكَتَكَ، وَأَنْبِيَاءَكَ، وَرُسُلَكَ وَنُحِبُّ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ حَبِّبْنَا إِلَيْكَ، وَإِلَى مَلَائِكَتِكَ، وَإِلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ، وَإِلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ يَسِّرْنَا لِلْيُسْرَى وَجَنِّبْنَا الْعُسْرَى، وَاغْفِرْ لَنَا فِي الْآخِرَةِ وَالْأُولَى، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَئِمَّةِ الْمُتَّقِينَ
Artinya,
“Ya Allah lindungilah kami dengan ke-beragama-an kami kepadaMu, ketaatan kepadaMU dan ketaatan kepada RasulMu. Jauhkan kami dari semua hal yang engkau larang.”
“Ya Allah, jadikan kami mencintaiMu, mencintai malaikat-malaikatMu, mencintai nabi-nabiMu dan mencintai hamba-hambaMu yang saleh”
“Ya Allah, jadikan kami Engkau cintai, juga dicintai malaikatMu, juga dicintai nabi-nabi dan rasul-rasulMu, juga dicintai, juga dicintai hamba-hambaMu yang saleh”
“Ya Allah, mudahkan kami untuk beramal saleh dan jauhkan kami untuk berbuat dosa, ampunilah kami di akhirat maupun di dunia, dan jadikan kami sebagai panutan hamba-hamba yang bertakwa”
Diriwayatkan Ibnu Umar juga pernah membaca doa tersebut saat berada di atas bukti Safa. Al-Baihaqī meriwayatkan,
«عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ عَلَى الصَّفَا: ” اللهُمَّ اعْصِمْنَا بِدِينِكَ، وَطَوَاعِيَتِكَ وَطَوَاعِيَةِ رَسُولِكَ، وَجَنِّبْنَا حُدُودَكَ، اللهُمَّ اجْعَلْنَا نُحِبُّكَ وَنُحِبُّ مَلَائِكَتَكَ، وَأَنْبِيَاءَكَ، وَرُسُلَكَ وَنُحِبُّ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ حَبِّبْنَا إِلَيْكَ، وَإِلَى مَلَائِكَتِكَ، وَإِلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ، وَإِلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ يَسِّرْنَا لِلْيُسْرَى وَجَنِّبْنَا الْعُسْرَى، وَاغْفِرْ لَنَا فِي الْآخِرَةِ وَالْأُولَى، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَئِمَّةِ الْمُتَّقِينَ». «السنن الكبرى – البيهقي» (5/ 153 ط العلمية)
Artinya, Dari Ibnu Umar r.a. bahwasanya beliau terbiasa berdoa di atas Safa, ‘Allāhumma‘ṣimnā bidīnika wa ṭawā‘iyatika wa ṭawā’iyati rasūlika….dst” (al-Sunan al-Kubrā lil Baihaqī juz 5 hlm 153)
Zakariyya al-Anṣārī berkata,
«وَلْيَكُنْ مِنْهُ مَا رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ اللَّهُمَّ اعْصِمْنَا بِدِينِك». «أسنى المطالب في شرح روض الطالب» (1/ 484)
Artinya, “Hendaknya, di antara doa yang dibacanya (di bukit Safa dan Marwa) adalah apa yang diriwayatkan al-Baihaqī dari Ibnu Umar, ‘Allāhumma‘ṣimnā bidīnika…” (Asnā al-Maṭālib, juz 1 hlm 484)
Catatan:
Redaksi di atas adalah lafal yang tercantum dalam al-Sunan al-Kubrā kompilasi al-Baihaqī. Al-Nawawi dalam al-īḍāḥ menulis “yassir lanā al-yusrā” sebagai pengganti “yassirnā lil yusrā”. Saya memilih redaksi “yassirnā lil yusrā” sebagaimana tercantum dalam kitab hadis karena sesuai dengan gaya Al-Qur’an “fasanuyassiruhū lil yusrā” sehingga saya pandang lebih fasih.
Selain doa “Allāhumma‘ṣimnā bidīnika…”, doa lain yang disunahkan dibaca saat berada di bukit Safa dan Marwa adalah doa berikut ini,
اللَّهُمَّ أحيِنِى على سُنَّةِ نَبيِّكَ – صلى الله عليه وسلم -، وتَوَفَّنِى على مِلَّتِه، وأعِذْنِى مِن مُضِلَّاتِ الفِتَنِ
Artinya, “Ya Allah, hidupkanlah aku di atas Sunah NabiMu ﷺ, wafatkan aku di atas agamanya, dan lindungi aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan”
Diriwayatkan Ibnu Umar membaca doa tersebut saat berada di atas bukit Safa. Al-Baihaqī meriwayatkan,
عن ابنِ عُمَرَ أنَّه كان يقولُ عِندَ الصَّفا: اللَّهُمَّ أحيِنِى على سُنَّةِ نَبيِّكَ – صلى الله عليه وسلم -، وتَوَفَّنِى على مِلَّتِه، وأعِذْنِى مِن مُضِلَّاتِ الفِتَنِ». «السنن الكبير» للبيهقي (9/ 597 ت التركي)
Artinya, “Dari Ibnu Umar bahwasanya beliau berdoa di atas bukit Safa, ‘Allāhumma aḥyinī ‘alā sunnati nabiyyika wa tawaffanī ‘alā millatihī wa a‘iżnī min muḍillātil fitan” (al-Sunan al-Kubrā lil Baihaqī juz 9 hlm 597)
Al-Nawawī merekomendasikan doa di atas dalam al-Majmū‘.
Doa di atas (digabung dengan doa-doa sebelumnya plus zikir di awal naik bukit Safa) disunahkan dibaca 3 kali. Al-Nawawi berkata,
قَالَ أَصْحَابُنَا ثُمَّ يُعِيدُ هَذَا الذِّكْرَ وَالدُّعَاءَ ثَانِيًا وَيُعِيدُ الذِّكْرَ ثَالِثًا ». «المجموع شرح المهذب» (8/ 68 ط المنيرية)
Artinya, “Ulama-ulama al-Syāfi‘iyyah mutaqaddimīn kami berkata, ‘Kemudian silakan mengulang zikir dan doa (di atas bukit Safa) untuk kedua kalinya, dan mengulang zikirnya (Muafa: termasuk doa) untuk ketiga kalinya (al-Majmū‘, juz 8 hlm 68)
Dasar pengulangan 3 kali untuk zikir dan doa di atas bukit Safa dan Marwa adalah perbuatan Rasulullah ﷺ sebagaimana diriwayatkan Muslim berikut ini,
«ثُمَّ دَعَا بَيْنَ ذَلِكَ، قَالَ مِثْلَ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ». «صحيح مسلم» (4/ 40 ط التركية)
Artinya, “Kemudian beliau (Rasulullah ﷺ) berdoa di tengah-tengah melakukan hal itu seperti ini sebanyak 3 kali” (H.R. Muslim)
«حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا». «صحيح مسلم» (4/ 40 ط التركية)
Artinya, “Hingga tatkala beliau sampai di Marwa maka beliau melakukan di bukit Marwa sebagaimana beliau lakukan di bukit Safa” (H.R. Muslim)
Dengan demikian, tatacara berzikir dan berdoa di atas bukit Safa berdasarkan catatan-catatan sebelumnya adalah sebagai berikut.
Pertama-tama baca dulu zikirnya, yakni “Allāhuakbar 3x walillāhilhamdu, Allāhuakbaru ‘alā mā hadānā…dst sampai habis.
Setelah itu baca doa “Allāhumma innaka qulta…” sampai habis.
Setelah itu baca doa “Allāhumma‘ ṣimnā bidīnika…” sampai habis.
Setelah itu baca doa, “Allāhumma aḥyinī…” sampai habis.
Setelah itu baca doa apapun sebanyak apapun yang disukai.
Nah, setelah selesai di sini maka ulangi lagi zikir+doa itu sebanyak tiga kali.
Membaca zikir dan doa yang diulang sebanyak 3 kali ini nanti juga dibaca saat sampai di bukit Marwa, juga saat kembali lagi ke Safa dan seterusnya. Intinya setiap sampai bukit Safa dan Marwa pada lintasan berapapun disunahkan membaca zikir+doa sebanyak 3 kali.
Doa-doa Ibnu Umar yang sebelumnya direkomendasikan sifatnya tidak mengikat.
Boleh saja diganti doa lain. Al-Nawawī berkata,
«ثُمَّ يَدْعُو بِمَا أَحَبَّ مِنْ أَمْرِ الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لِنَفْسِهِ وَلِمَنْ شَاءَ». «المجموع شرح المهذب» (8/ 68 ط المنيرية)
Artinya, “Kemudian silakan berdoa dengan doa apapun yang disukai baik urusan din, dunia maupun akhirat. Baik untuk dirinya maupun untuk siapapun yang dikehendakinya” (al-Majmū‘ juz 8 hlm 68)
Hanya saja, karena Ibnu Umar adalah Sahabat, paling mengerti situasi di zaman Nabi ﷺ , dan lebih dekat dengan zaman petunjuk, maka suasana iman yang beliau rasakan dan permintaan akhirat yang beliau minta menjadi penting untuk dipertimbangkan karena bisa diharap lebih dekat dengan rida Allah.
Intinya, berdoa di atas bukti Safa dan Marwa itu panjangkan. Sebanyak-banyaknya. Yang penting baik. Boleh ma’ṡur maupun gairu ma’ṡur. Ringkasnya, jangan terburu-buru turun. Gunakan kesempatan berada di atas bukit Safa dan Marwa untuk banyak-banyak berdoa dengan tenang. Zakariyyā al-Anṣārī berkata,
«وَكَانَ عُمَرُ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – يُطِيلُ الدُّعَاءَ هُنَاكَ». «أسنى المطالب في شرح روض الطالب» (1/ 484)
Artinya, “Adalah Umar r.a. memperlama doa di sana-bukit Safa dan Marwa- (Asnā al-Maṭālib juz 1 hlm 484)
Saat melintasi jalan antara Safa dan Marwa, Anda disunahkan membaca doa berikut ini,
رَبّ اغْفِرُ وارحم وتجاوَزْ عَمَّا تعلمُ إنّكَ أنتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ، اللَّهم (رَبَّنَا) آتِنَا فِي الدُّنْيا حسنة وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ
Artinya, “Wahai Rabbku, ampunilah aku dan rahmatilah aku” “Maafkan (dosa) yang Engkau ketahui” “Sesungguhnya Engkau Maha Mulia dan Maha Baik” “Ya Allah, Rabb kami. Beri kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat dan lindungi kami dari siksa neraka”
Kesunahan ini berlaku tidak peduli apakah Anda berjalan biasa maupun berlari kecil (bagi lelaki) saat berada di area “lampu hijau” langit-langit mas‘ā (tempat sai).
Doa ini disebut al-Māwardī dalam al-Ḥāwī al-Kabīr, al-Rūyānī dalam Baḥru al-Mażhab, al-Juwainī dalam Nihāyatu al-Maṭlab dan al-Rāfi‘ī dalam al-‘Azīz. Imāmul Ḥaramain mengklaim doa ini sahih berasal dari Rasulullah ﷺ.
Dasar disunahkannya doa tersebut adalah riwayat berikut ini,
عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ، عَنِ امْرَأَةٍ مِنْ بَنِي نَوْفَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ يَسْعَى مِمَّا يَلِي الْوَادِي: ” رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ “». «أخبار مكة – الفاكهي» (2/ 219 ط 2)
Artinya, “Dari Ṣafiyyah binti Syaibah dari seorang wanita Bani Naufal r.a. dia berkata, ‘Aku mendengar Nabi ﷺ berdoa ketika bersai di dekat lembah, ‘Rabbigfir warḥam innaka antal a‘azzul akram” (Akhbāru Makkah, juz 2 hlm 219)
Ada juga riwayat sahih dari Ibnu Mas‘ūd yang membaca doa sai yang semakna dengan doa di atas tetapi dengan lafal “allāhummagfir warḥam wa antal a‘azzul akram”. Riwayat lain dari Ibnu Mas‘ūd berbunyi, “Rabbigfir warḥam wa antal a‘azzul akram”. Riwayat lain menyebut “Rabbigfir warḥam innaka antal a‘azzul akram”. Ada riwayat juga dari Ibnu Umar yang membaca doa sai dengan lafal “Rabbigfir warḥam wa antal a‘azzul akram”
Berdasarkan informasi di atas, mungkin disimpulkan bahwa ada riwayat marfu’ dari Rasulullah ﷺ yang membaca doa tersebut sebagaimana tersebut dalam kitab Akhbāru Makkah. Hanya saja statusnya belum mencapai sahih. Walaupun demikian ada riwayat sahih dari Ibnu Mas‘ūd yang membaca doa tersebut. Nampaknya dari kombinasi riwayat ini dengan qiyās doa saat tawaf yang ada riwayat bahwa Rasulullah ﷺ membaca doa sapu jagad akhirnya memunculkan rekomendasi doa sebagaimana disarankan ulama-ulama al-Syāfi‘ī yyah . Al-Nawawi berkata,
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَقُولَ فِي مُرُورِهِ بَيْنَهُمَا رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ وَأَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ». «المجموع شرح المهذب» (8/ 75 ط المنيرية)
Artinya, “Disunahkan saat melintasi antara Safa dan Marwa berdoa, ‘Rabbigfir warḥam wa tajāwaz ‘ammā ta’lamu wa antal a’azzul akramu. Allāhumma rabbanā ātinā fiddunyā ḥasanah wafil ākhirati ḥasanah waqinā ‘ażābannār” (al-Majmū‘ juz 8 hlm 75)
Mari dihafalkan.
Semoga dengan amal menghafal tersebut Allah memudahkan untuk haji dan umrah yang berkualitas sehingga benar-benar mengubah kehidupan kita sepulang dari tanah suci.
اللهم اجعلنا ممن حج البيت واعتمره