Fatwapedia.com – Penjelasan istrimu Adalah Ladang Bagimu – Tadarrus QS. Al-Baqarah: 223,- Sebelum kita menginjak pada pembahasan QS. Al-baqarah: 223, ada baiknya kita terlebih duhulu memahami arti dari kata “tadarrus”. Tadarrus merupakan bentuk masdar dari kata دَرَّسَ – يُدَرِّسُ (darrosa – yudarrisu) yang berarti mempelajari.
Kemudian dimasukan pada wazan تّفَعَّلَ – يَتَفَعَّلُ – تَفَعُّلًا (Tafa’ala – yatafa’alu – tafa’ulan) menjadi تَدَرَّسَ – يَتَدَرَّسُ – تَدَرُّسًا (Tadarrosa – Yatadarrosu – Tadarrusan) yang bermakna لِتِكْرَارٍ atau pengulangan. Jadi arti dari kata “tadarrus” itu sendiri adalah mempelajari isi kandungan Al-Qur’an dengan terus diulang-ulang.
Allah swt berfirman dalam Qs. Al-Baqarah: 223
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ
“Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja, dengan cara yang kamu sukai…”
Ditinjau dari segi kaidah kebahasaan atau Balaghohnya, ayat tersebut mengandung tasybih baligh atau sebuah penyerupaan yang dibuang adatutasybih (huruf penyerupaannya) dan wajhusy-syabahnya (segi penyerupaannya). Contoh tasybih baligh yang tidak asing ditelinga kita adalah qosidah yang dilantunkan penduduk Yastrib saat mereka berbondong-bondong menjemput kehadiran Rasulullah saw.
أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ
“engkau (wahai Rasulullah) adalah matahari, engkau adalah purnama.”
Padahal kita tahu sendiri, bahwa Rasulullah bukan matahari, bukan pula purnama. Beliau sama seperti kita sebagai manusia, akan tetapi ia adalah manusia yang diberi wahyu oleh Allah swt. Namun irik qosidah tersebut mengandung tasybih baligh yang memberi makna bahwa kehadiran Rasulullah saw sama seperti matahari dan purnama, karena ia mampu menerangi zaman yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan. Sama halnya seperti matahari yang dapat menerangi siang, dan purnama yang dapat menerangi malam.
Kembali pada Qs. Al-Baqarah: 223. Ayat tersebut mengandung arti bahwasanya seorang istrinya bagi suaminya, tak ubahnya seperti ladang bagi petani. sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwasanya ladang berfungsi sebagai tempat bercocok tanam yang terdiri dari tanah dan elemen lainnya untuk menyuburkan tanaman. Fungsi ladang atau tanah hanya menerima. Tergantung biji apa yang ditabur oleh petani. ketika petani menabur benih pepaya, maka yang tumbuhpun akan pepaya. Tidak mungkin menjadi semangka atau melon.
Lalu, kenapa Allah menyerupakan istri (perempuan) sebagai ladang bagi suaminya? secara kasat mata hal tersebut sulit dibuktikan, namun ketika teknologi telah semakin maju, ketika objek-objek yang tak kasat mata tampak jelas dengan bantuan mikroskop. Saat itulah kebenaran Al-Qur’an semakin nyata. Allah menyerupakan seorang perempuan sebagai ladang karena didalam diri perempuan terdapat hal yang serupa dengan ladang, yaitu kromosom.
Kromosom laki-laki dan perempuan
Unit hereditas yang kita terima dari orang tua dan berpindah kepada kita, dibawa oleh struktur yang dinamakan “Kromosom”. Sebagaian besar sel tubuh mengandung 46 kromosom. Ketika terjadi pertemuan antara sperma dan indung telur, masing-masing dari keduanya membawa 23 pasang kromosom. Dalam hal ini, kromosom laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki memiliki pasangan kromosom X dan Y, sedangkan perempuan memiliki kromosom X dan X.
Jika kromosom X pada laki-laki berpasangan salah satu kromosom X dari perempuan, maka bayi akan lahir adalah perempuan. Sedangkan jika kromosom Y pada laki-laki berpasangan pada salah satu kromosom X pada perempuan, maka bayi yang lahir adalah laki-laki. Dengan demikian, Al-Qur’an menyerupakan perempuan sebagai ladang bagi suaminya, sangat cocok dengan apa yang telah dibuktikan ilmu pengetahuan modern. Bahwa perempuan hanya bisa menerima, bayi yang lahir itu perempuan atau laki-laki, semuanya tergantung kromosom apa yang ditabur suami. Sama halnya petani yang menabur benih ke ladang.