Fatwapedia.com – Pernahkah anda terbersit dalam hati sebuah pertanyaan, metode apa yang digunakan Rasulullah dalam mengajar? Siapa yang tidak kagum dengan keberhasilan Rasulullah dalam mendidik para sahabat sampai menjadi orang-orang hebat. Tentu bukan sesuatu yang terjadi begitu saja, pasti ada proses untuk membentuk pribadi yang kokoh. Lantas apa rahasia metode pendidikan yang dijalankan Rasulullah? Berikut ini rekam jejak ringkasan metode pendidikan Rasulullah.
1. Jika Rasulullah ﷺ memerintahkan sesuatu maka beliau sudah melakukannya terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa pengajaran dengan contoh perilaku lebih kuat pengaruhnya dari pada hanya sekedar nasihat lewat ucapan.
2. Rasulullah ﷺ sangat memerhatikan urutan terpenting dalam mengajar. Beliau ﷺ mendahulukan hal yang terpenting dari yang penting, satu demi satu, hingga pendengar dapat mencerna semua yang beliau ﷺ sampaikan dengan runtut dan tersusun rapi.
Diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah, dari Jundab bin ‘Abdillah beliau berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ ketika kami masih seusia anak-anak, kami mempelajari keimanan sebelum kami belajar Al-Qur’an, setelah selesai, baru kami belajar Al-Qur’an, sehingga iman kami bertambah kuat”.
3. Rasulullah ﷺ menghindari timbulnya rasa bosan ketika mengajar, dan seimbang dalam waktu mengajar. Oleh karena itu, beliau ﷺ mengusahakan untuk memilih waktu yang tepat, dengan melihat keadaan sahabat-sahabat beliau.
4. Rasulullah ﷺ sangat memerhatikan keadaan pribadi setiap murid-muridnya. Rasulullah ﷺ tidak akan mengajarkan ilmu yang sulit kepada orang yang baru belajar. Beliau ﷺ akan mengajar sesuai dengan kadar pehamanan dengan memberikan pengetahuan yang cocok dengan akal yang dimiliki oleh para sahabat-sahabatnya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: “tidaklah seorang hamba bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, secara jujur dari hatinya, kecuali Allah akan haramkan dia untuk masuk neraka”.
Kemudian Mu’adz bin Jabal bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah aku sebarkan hadits ini kepada yang lain agar mereka dapat mengambil kabar gembira?”, Rasulullah ﷺ menjawab: “Jangan! Nanti mereka bergantung dengan ini”. Hadits ini akhirnya disampaikan oleh Mu’adz sesaat sebelum ia wafat.
Difahami dari hadits ini bahwa ada ilmu-ilmu yang dikhususkan untuk pribadi tertentu agar tidak disalah fahami oleh orang yang memiliki kadar pehamanan yang berbeda. Sebagaimana komentar Al-Badr Al-‘Aini dalam ‘Umdah Al-Qari (2/207).
Rasulullah ﷺ menjawab pertanyaan-pertanyaan penanya sesuai dengan keadaan, tujuan, dan kemampuan mereka. Ini dapat ditemukan pada hadits-hadits beliau ﷺ, ketika ditanya tentang amal apa yang paling baik, pada satu keadaan beliau ﷺ menjawab; shalat di awal waktu, pada saat keadaan lain beliau ﷺ menjawab; berbakti pada orang tua. Ini semua menyesuaikan keadaan penanya.
Contoh yang lain, dalam hadits riwayat ‘Abdillah bin ‘Amr, Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh seseorang; Islam yang bagaimana yang paling baik?, Rasulullah ﷺ menjawab: “Memberikan makan, mengucapkan salam baik bagi orang yang kamu kenal maupun tidak”.
Dalam hadits lain dengan riwayat yang sama, ada seseorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ dengan pertanyaan yang sama, Rasulullah ﷺ menjawabnya dengan jawaban yang berbeda: “Islam yang paling baik, adalah orang yang menjaga lisan dan tangannya dari orang muslim yang lain”.
5. Terkadang, Rasulullah ﷺ Mengajar dengan sistem interaktif dengan memberi pertanyaan kepada audiens, agar para pendengar menjadi penasaran dengan jawabannya, dan membuat mereka berfikir untuk bisa menjawab.
Salah satu contohnya dalam Shahih Muslim, ada hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Rasullulah ﷺ bersabda: “Apakah kalian tau siapakah orang yang merugi?”.
Kemudian para sahabat menjawab: “orang yang merugi adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda”.
Rasulullah ﷺ menimpali dengan bersabda: “orang yang merugi dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa, dan zakat, sedangkan dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, membunuh fulan, dan memukul fulan. Akhirnya kebaikan dia diberikan kepada mereka, jika sudah habis, maka dosa mereka dipindahkan kepada dia, kemudian ia dilemparkan ke api neraka”.
Termasuk dari contoh cara pengajaran dengan melempari pertanyaan adalah hadits yang terkenal dengan hadits Jibril, yang mana malaikat Jibril menanyakan hal-hal seputar iman, Islam, dan Ihsan kepada Rasulullah ﷺ.
6. Terkadang juga, Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat dengan tujuan menggali potensi kecerdasan yang dimiliki oleh sahabatnya.
7. Rasulullah ﷺ juga terkadang mengajarkan dengan pendekatan Qiyas dalam hukum, dan menjelaskan sebab dari jatuhnya sebuah hukum. Sehingga, para sahabat menjadi lebih mudah untuk memahami inti dari sebuah perkara.
8. Seringkali Rasulullah ﷺ memberikan gambaran contoh atau perumpamaan yang tidak asing bagi pendengar, agar para audiens dapat menyerap lebih cepat apa yang disampaikan.
Para ulama Balaghah juga sepakat bahwa memberikan contoh dan perumpamaan merupakan hal yang sangat penting dalam mengungkapkan hal yang masih samar. Sebagaimana Allah juga memberikan banyak perumpamaan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan teman yang baik seperti orang yang memiliki minyak misk, jika kamu tidak mendapatkan bagian dari minyak misk, setidaknya kamu bisa mendapatkan harumnya”.
9. Rasulullah ﷺ pernah memberikan pelajaran dengan menggambarkannya diatas tanah atau pasir. Jika diaplikasikan kedalam masa sekarang, maka seorang pengajar sangat dianjurkan menggunakan papan tulis untuk mengajar, agar memudahkan murid menangkap pelajaran.
10. Selain menggunakan kata-kata, Rasulullah ﷺ juga terkadang menggunakan isyarat dengan jari jemarinya, sebagaimana hadits yang menjelaskan kedudukan orang yang mengurus anak yatim.
Oleh: Fahrizal Fadil
Ringkasan dari kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim wa Asalibuhu fi At-Ta’lim hal 64-125.